JATIMTIMES - Hajar Aswad merupakan jenis bebatuan yang mengkilap dan tidak rata. Batu itu bewarna hitam kemerah-merahan.
Di batu tersebut juga terdapat bercak kuning. Hajar Aswad adalah batu sejenis meteor.
Menurut hadist riwayat Tirmidzi, Hajar Aswad merupakan batu-batuan dari surga. Ada juga yang menyebut Hajar Aswad adalah batu vulkanik.
Batu hitam ini tentu saja dikenal baik oleh sebagian besar umat Islam. Khususnya untuk para Jemaah haji dan umrah.
Batu ini juga memiliki sejarah penting dalam perkembangan Islam.
Asal Mula Hajar Aswad
Hajar Aswad dibawa dari surga dan dipersembahkan khusus untuk Nabi Ibrahim. Batu tersebut ditempatkan di sudut Kabah.
"Batu hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam." (HR Tirmidzi).
Menurut sejarah lain, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membangun Kabah yang kini menjadi tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia.
Dalam kitab, Qishash al-Anbiyaa', Ibnu Katsir menyebutkan Nabi Ibrahim menemukan satu ruang kosong untuk menutupi tembok. Ruang kosong itu ia temukan saat pembangunan Kabah hampir selesai.
Nabi Ibrahim kemudian meminta anaknya yaitu Nabi Ismail AS untuk mencari batu guna menutupi ruang kosong tersebut. Ismail pun berkelana mencari batu.
Saat di perjalanan Nabi Ismail bertemu dengan Malaikat Jibril. Jibril lalu memberikan sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus.
Ismail menerima batu itu dengan senang hati dan menceritakan kepada ayahnya. Ibrahim bertanya pada putranya, "Dari mana kamu peroleh batu ini?" Ismail menjawab, "Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu."
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail lalu mencium batu tersebut. Dari situlah, banyak umat Islam yang menjalankan ibadah haji serta umrah dan berharap bisa mencium batu yang terletak di sudut timur Kabah tersebut.
Kisah Nabi Muhammad SAW dan Hajar Aswad
Nabi Muhammad SAW ternyata memiliki kisah sendiri dengan Hajar Aswad. Nabi Muhammad SAW: dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Nabi Muhammad terlibat dalam renovasi Kabah.
Kala itu, saat Muhammad berumur 35 tahun terjadi banjir bandang yang merobohkan dinding Kabah. Sebelum itu, dinding Kabah sempat rusak karena terbakar.
Kabilah Quraisy merasa perlu untuk membangun kembali Kabah. Untuk merenovasi Kabah tentu harus dibongkar terlebih dahulu.
Bersama pamannya, Abbas, Muhammad ikut mengangkat bebatuan saat merenovasi Kabah. Sedangkan untuk urusan pembangunan, diserahkan kepada seorang arsitek berkebangsaan Romawi bernama Baqum.
Mereka lalu membangun dinding sederhana sebagai tanda dinding tersebut adalah bagian dari Kabah. Bagian ini dikenal dengan nama Hijr Ismail atau Al-Hathim.
Saat pembangunan sampai bagian Hajar Aswad, setiap pembesar kabilah berkeinginan untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Maka terjadilah pertengkaran dan perselisihan di antara mereka.
Pertengkaran tersebut terjadi selama 4-5 hari, dan hampir memicu pertumpahan darah di Tanah Suci. Pertengkaran itu lalu berhasil dihentikan Abu Umaiyah ibnu al-Mughirah al-Makhzummi.
Ia mengusulkan agar orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang pertama di antara mereka yang masuk Kabah dari pintu masjid (pintu Bani Syaibah).
Takdir Allah SWT menetapkan orang pertama yang masuk Kabah adalah Nabi Muhammad SAW. Saat itu, orang-orang percaya Muhammad sebagai Al-Amin yaitu orang yang terpercaya.
Keistimewaan jika Mencium Hajar Aswad
Saat umat Islam melakukan thawaf saat ibadah haji atau umrah, umat Islam disunnahkan mencium Hajar Aswad atau mengangkat tangan (istilam) ke arahnya.
Menurut buku Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah karya Muslim H. Nasution, disebutkan bahwa di hari kiamat, Hajar Aswad akan memberikan kesaksian terhadap orang-orang yang melakukan istilam terhadapnya.
Maka dari itu, bagi orang yang mencium ataupun mengangkat Hajar Aswad, maka orang itu akan diberi syafaat di hari kiamat.
Meskipun dinilai istimewa bagi yang berhasil menciumnya, tapi perlu diingat bahwa hukum mencium Hajar Aswad adalah sunnah. Sehingga tidak perlu memaksakan diri untuk berdesak-desakan mencium Hajar Aswad saat melakukan ibadah haji.
Sebagaimana riwayat Umar Bin Khattab saat mencium Hajar Aswad, bahwa dirinya menciumnya semata karena dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Artinya: "Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu." (HR Muslim).