JATIMTIMES - Salah satu ulama Indonesia, Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, mengungkapkan alasan mengapa dirinya cenderung enggan mengomentari fenomena seorang dukun.
Hal itu Gus Baha sampaikan dalam sebuah cuplikan ceramahnya yang diunggah akun TikTok @dalanpadhang. Menurut Gus Baha, seorang dukun bisa saja benar dan juga salah dalam meramalkan sesuatu.
"Makanya sampai sekarang saya ini tidak begitu berani kalau mengomentari dukun. Ya dukun itu bisa benar dan bisa salah. Kenapa jawabannya tidak jelas? Ya sama. Kiai juga bisa benar dan bisa juga salah," ujar Gus Baha dalam ceramahnya.
Gus Baha mengatakan bahwa pada intinya, semua yang terjadi tetap tergantung pada perintah Allah. "Kalau pas kebetulan sama dengan perintah Allah, ya benar. Tapi kalau nggak (sama dengan perintah Allah), ya bisa salah. Karena kita ini menghadapi sekian cerita Al-Quran, di mana ramalan-ramalan dukun itu benar," ungkap Gus Baha.
Di dalam ceramahnya itu, Gus Baha juga menceritakan seorang kaisar Romawi, Heraklius. Penelusuran media ini, Heraklius adalah salah satu kaisar Romawi yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW.
"Heraclius tahu ada nabi akhir zaman. Dia bermimpi ada orang khitan duduk di atas langit. Terus tanya temannya bernama Haza. Haza ini seorang ahli nujum (dukun peramal). Heraklius tanya makna mimpinya bagaimana," cerita Gus Baha.
Cerita itu pun lantas dia lanjutkan, bahwa menurut Haza, orang yang dapat mengalahkan Herackius nanti adalah orang yang sudah berkhitan. Dan jika dilihat, orang yang punya khitan adalah orang Arab.
"Dilihat satu dunia, yang khitan itu atau yang punya khitan itu adalah orang Arab. Soalnya, orang Arab yang punya sisa-sisa sunahnya Nabi Ibrahim. Kalau begitu, nabi itu orang Arab," kata Gus Baha.
Flavius Heraklius Augustus (11 Februari 641) adalah seorang kaisar Byzantium (Romawi) yang sangat terkesan dengan kerasulan Muhammad karena semua kriteria kerasulan yang termaktub dalam Taurat dan Injil ada pada diri Muhammad.
Walaupun demikian, Heraklius kecewa pada keputusan Tuhannya karena telah mengutus seorang rasul bukan dari kaumnya, melainkan justru dari bangsa Arab yang menjadi musuhnya.
