Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kuliner

Mengenal Soto 'Ndodok', Warung Kuliner Jadul di Turen Malang 

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

07 - Aug - 2021, 19:36

Sukadi, pemilik warung Soto Ndodok, saat menyajikan soto jualannya. (Foto: Riski Wijaya/MalangTIMES)
Sukadi, pemilik warung Soto Ndodok, saat menyajikan soto jualannya. (Foto: Riski Wijaya/MalangTIMES)

MALANGTIMES - Nama masakan soto mungkin sudah tidak asing bagi orang Indonesia. Termasuk di wilayah Malang, Jawa Timur. 

Namun sensasi yang berbeda akan ditemui di Warung Soto 'Ndodok'. Begitu orang mengenal warung masakan soto yang ada di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, itu. 

Jika dilihat sekilas, hampir tidak jauh berbeda dengan warung soto pikul yang sudah banyak ditemui. Namun di warung milik Sukadi ini, ada suasana jadul (zaman dulu) yang dirasakan.

Warung milik pria yang berusia sekitar 70 tahun ini berupa bangunan semi-permanen dari kayu. Pikulan yang ia jadikan tempat jualan juga terlihat 'oldiest'. Terbuat dari bambu dan rotan. Bambu dan rotan itu terlihat masih kokoh walaupun sudah tampak kusam karena termakan usia. 

Selain itu, Sukadi menggunakan kayu,  bukan arang, untuk membuat masakannya tetap hangat. Jadi, kesan jadul semakin bisa dirasakan. 

Sukadi tidak ingat persis berapa lama dia sudah berjualan soto khas Madura resep warisan dari orang tuanya itu. Hanya beberapa hal yang dia ingat, yang ia jadikan patokan sejak kapan ia berjualan soto. 

"Kulo riyen niku mulai sadean pas dalan ngriki tasih sepi (saya dulu jualan di sini waktu jalanannya masih sepi). Paling nggih umur 15 (paling dari umur 15 tahun)," ujarnya sembari menunjuk jalan raya di depan warungnya. 

Namun, dengan tampilan warung dan pelayanan yang terkesan jadul, bukan berarti masakan soto yang disajikan juga asal-asalan. Rasa soto khas Madura yang gurih sangat memanjakan lidah. Biasanya, pengunjung ditawari lebih dulu, mau pakai nasi atau lontong.

"Niki resep e wong tuwo kulo. Riyen nggih sadean soto (ini resep orang tua saya. Dulu juga jualan soto," imbuh dia. 

Pria asal Pamekasan ini biasanya berjualan mulai pukul 09.00 WIB. Dan pulang setelah semua masakannya habis. Dia tidak tahu pasti, berapa porsi yang bisa ia jual dalam sehari. Hanya, biasanya ia pulang sekitar pukul 19.00, setelah jualannya habis.

"Kulo mboteng ngitung per mangkok (saya ndak ngitung berapa porsi). Pokok e, saben dinten kulo adang sego 5 kilo (pokoknya, setiap hari saya menanak nasi 5 kilogram). Nek telas e nggih mboten mesti, kadang jam pitu, kadang nggih jam telu sore, nek pas rejeki (kalau habisnya ya tidak tentu, kadang jam 19.00 kadang ya jam 15.00 sore kalau pas rejzekinya sudah habis," ungkap Sukadi  dengan logat Madura yang khas. 

Namun sayangnya, sejak pandemi covid-19 datang, ia mengaku  jualannya turun drastis. Dia tidak tahu pasti apa sebabnya. Hanya, sekarang juga sudah banyak warung makan baru yang buka.

"Kirangan nggih mas, sakniki nggeh katah warung anyar buka (kurang tahu ya Mas, sekarang sudah banyak warung buka). Nopo malih howone ngeten niki (apalagi musimnya kayak gini). Nek riyen, kulo adang e 15 kilo, lawuh e masak 10 kilo, nek sakniki 5 kilo mawon kadang ngantos dalu (kalau dulu saya nanak nasi 15 kilogram, dagingnya 10 kilo, lha sekarang 5 kilo saja malam baru habis)," ucap dia. 

Yang jelas, Warung Soto Ndodok sudah melegenda. Beberapa pengunjung yang datang ternyata juga tidak sedikit yang langganan lama. Meski ada beberapa pelanggan baru yang mampir untuk mencoba cita rasa dan suasana yang terlihat berbeda.

"Ini warungnya sudah lama seingat saya. Dulu saya waktu kuliah sudah pernah makan di tempat ini. Itu sekitar tahun 2.000-an. Rasanya sampai sekarang ya sama, khas. Mungkin harganya yang berubah," ujar salah satu pengunjung asal Kepanjen, Yoga.

Sementara itu, sebagai informasi, satu porsi Soto Ndodok ia jual dengan harga Rp 10 ribu. Dan untuk diketahui, nama Soto Ndodok berasal dari bahasa Jawa yang artinya nongkok. Menurut Sukadi, dulu saat awal dia berjualan, belum ada meja dan kursi. Sehingga pengunjung yang makan dibsana duduk lesehan beralas tikar atau terpaksa jongkok karena kehabisan alas duduk.

Lokasi Warung Soto Ndodok juga tidak begitu jauh. Hanya kurang lebih 30 menit dari Kecamatan Kepanjen. Atau sekitar 45 menit jika dari Kota Malang. Tepatnya berada di timur Kecamatan Kepanjen, di Jalan Wali Kota Damar, Desa Pagedangan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.


Topik

Kuliner


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Riski Wijaya

Editor

Sri Kurnia Mahiruni