Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa Gunung Suci di Jawa Timur

Mengenal Konsep Gunung Suci

Penulis : Ferry Agusta Satrio - Editor : Redaksi

15 - Nov - 2015, 21:06

Placeholder
Ilustrasi. (foto: googleimage)

MALANGTIMES - Penemuan arca dan reruntuhan candi beberapa waktu lalu di Wagir dan Sumberpucung, Kabupaten Malang, menegaskan kembali kepercayaan masyarakat pada masa lalu, mungkin hingga kini, pada gunung suci (holy mountain). 

Baca Juga : Draft Sudah Final, Besok Pemkot Malang Ajukan PSBB

Penemuan arca dan reruntuhan candi ini terjadi di wilayah Gunung Kawi, yang juga dipercaya sebagai salah satu gunung suci yang ada di Jawa Timur.

Konsepsi gunung suci berlangsung masa pra sejarah, dan berkembang pada tradisi megalitikum, baik pada masa bercocok tanam maupun masa perundagian. Kaitannya, dengan pemujaan dilakukan kepada arwah nenek moyang berlangsung di puncak gunung, tempat bersemayamnya para arwah.

Arkeolog, Dwi Cahyono menerangkan, pada era megalitikum, idealnya tempat persemayaman arwah ditempatkan di puncak gunung. Namun bila tidak memungkinkan, karena faktor kesulitan menjangkau area puncak, arwah ditempatkan di lereng atau lembah gunung, seperti yang ditemukan di Wagir dan Sumperpucung. 

Namun, terpenting adalah pengkiblatan atau orientasinya tetap ke puncak gunung. "Pertimbangannya, puncak gunung sebagai tempat persemayaman arwah nenek moyang," ucapnya.

Konsep gunung suci, lanjut Dwi Cahyono, sudah sangat 'tua'. Sejak zaman pra sejarah sudah ada konsepsi tentang gunung suci. Hal ini berlanjut pada agama-agama besar bahkan sampai sekarang. "Agama-agama besar memiliki konsep tentang gunung-gunung tertentu yang diyakini suci," ucapnya.

Agama Hindu masuk, termasuk Budhisme, terdapat persamaan tentang doktrin gunung suci dari kedua agama tersebut. Hal ini terjadi karena pengaruh India. Dwi menyimpulkan, terdapat kesesuaian dalam beberapa hal mengenai konsep gunung suci, antara masa pra pengaruh India dengan doktrin pada Hindu dan Budha.

Jika masa para pengaruh India, konsep gunung suci sebagai tempat persemayaman arwah, maka dalam agama Hindu, puncak gunung dikonsepsikan tempat persemayaman para dewa. Pada agama Hindu, seringkali disebut dengan Kaindran. "Raja dari sekalian para dewa itu adalah Dewa Indra," ujarnya kepada MALANGTIMES.

Dalam konsepnya, kerajaan dari para dewa itu berada di puncak gunung suci, yang dinamakan Gunung Meru. Sebutan dari puncak dari Gunung Meru ini, yang merupakan tempat kerajaan para dewa, adalah Kaindran.

Karenanya, bangunan-bangunan suci, seperti candi, dikiblatkan ke arah puncak gunung yang dianggap sebagai gunung suci.

Dwi melanjutkan, pemujaan terhadap arwah nenek moyang tidak hilang begitu saja setelah agama Hindu masuk. Hanya saja, dalam agama Hindu, dipercayai, seseorang yang meninggal dunia, bisa raja atau pejabat tinggi kerajaan, arwahnya akan bersatu dengan dewa utama yang dipujanya. "Sehingga, muncullah konsep yang disebut Dewa Raja, dimana arwah yang meninggal bersatu dengan dewa yang dipujanya saat masih hidup," ucapnya.

Kemudian, arwah raja yang bersangkutan dibentuk dalam wujud arca sesuai dengan dewa yang dipuja. "Raja yang meninggal, dirupakan dalam bentuk arca dewa yang dipuja raja tersebut," terang Dwi.

Hal inilah yang menyebabkan, banyak candi yang dikiblatkan atau diorientasikan ke puncak gunung, terutama yang dianggap gunung suci. Karena tidak semua gunung 'diposisikan' sebagai gunung suci. (*)


Topik

Peristiwa Gunung-Suci di-Jawa-Timur



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Ferry Agusta Satrio

Editor

Redaksi