MALANGTIMES - Yang dilakukan Pemerintah Desa Curungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, ini bisa ditiru pemerintahan desa (pemdes) lainnya.
Bagaimana tidak. Melalui BUMDes (badan usaha milik desa) Makmur Sejahtera, Pemdes Curungrejo mengembangkan potensi yang dapat meningkatkan PADes (pendapatan asli desa) dengan mengelola dan mengembangkan destinasi wisata baru berbasis RTH (ruang terbuka hijau).

Kepala Desa Curungrejo Sujud mengatakan bahwa BUMDes Makmur Sejahtera selama ini dan ke depan mengelola potensi-potensi destinasi wisata yang dapat meningkatkan PADes melalui tiga unit kerja.
"BUMDes memiliki tiga pengurus. Ketua, sekretaris, dan bendahara. Di bawahnya terdapat tiga unit kerja, yakni unit toko desa, pertanian dan pengolahan sampah," terangnya ketika ditemui awak media di D'Flash Cafe yang berada di kawasan destinasi wisata RTH Curungrejo, Sabtu (14/11/2020).
Di destinasi wisata berkonsep RTH ini, juga terdapat Taman Curhat (Curungrejo Harmonis dan Sehat) yang pada pertengahan Desember 2019 telah dikunjungi Bupati Malang HM. Sanusi dan diharapkan agar terus dikembangkan. Apalagi, kawasan Taman Curhat memiliki potensi wisata seperti Kafe Sawah Pujon Kidul.
"Konsep wisata RTH yang kamk usung ini diharapkan mampu menambah PADes kami. Karena di sini juga ada potensi untuk buah-buahan seperti jeruk dan dapat dikembangkan menjadi wisata petik jeruk," ujarnya.
Selain itu, terdapat lahan di Desa Curungrejo yang dimanfaatkan pihak BUMDes Makmur Sejahtera untuk ditanami buah-buahan lain seperti durian dan alpukat. Lahan itu juga ditanami sayuran seperti terong, sawi dan jagung.
Sujud mengatakan, jika dikembangkan terus, Curungrejo akan menjadi salah satu ikon wisata RTH di kawasan Kecamatan Kepanjen. Terlebih lagi untuk menambah daya tarik pengunjung, juga sedang dibangun gantangan burung.
"Iya di sana ada pembangunan gantangan burung. Bisa dibuat lomba burung kicau dan berpotensi menyumbang PADes Curungrejo," ungkapnya.
Pria yang bergelar ahli madya keperawatan ini juga menjelaskan, konsep destinasi wisata yang berbasis RTH ini berdiri di lahan TKD (tanah kas desa) dengan luas 2 hektare. "Luas keseluruhan RTH dan aset desa yang sudah ditanami buah itu kurang lebihnya 2 hektare," sebutnya.

Wiisata berkonsep RTH ini awalnya sempat mendapat anggaran sebesar Rp 50 juta dan direalisasikan dalam bentuk Taman Curhat. Taman Curhat berisi beberapa tanaman bunga, gazebo, area jalan refleksi, serta juga dapat digunakan sebagai tempat untuk masyarakat menikmati sejuknya udara di bawah rindangnya pepohonan Desa Curungrejo.
"Ini program saya. Juga sudah saya ajukan ke (Dinas,) Cipta Karya. Dapat sekadar informasi, katanya sudah di-acc. Bahkan sudah disampaikan nilainya Rp 108 juta. Tapi dengan adanya covid, berhenti seperti ini," bebernya.
Namun, Sujud tak berputus asa dan tetap optimistis dapat mengembangkan destinasi wisata berbasis RTH di Desa Curungrejo. Pihaknya pun berharap agar tahun 2021 dapat masuk dalam program prioritas dalam hal pengembangan destinasi wisata.
"Harapan kami, untuk tahun berikutnya ini, ya bahasanya masuk prioritas. Karena saya berupaya untuk tampak dulu. Jika anggaran cair, taman ini akan nyambung di tepi jalan mengarah ke arah barat," imbuhnya.
Sujud mengatakan progres pembangunan dan pengelolaan kawasan destinasi wisata berbasis RTH ditargetkan akan berjalan secara maksimal dan dapat dinikmati hasilnya tiga hingga empat tahun ke depan.