Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Angka Kekerasan Terhadap Laki-laki Meningkat, Kebanyakan Terjadi di Ruang Privat

Penulis : Pipit Anggraeni - Editor : Heryanto

07 - Nov - 2020, 13:15

Ilustrasi (Istimewa).
Ilustrasi (Istimewa).

MALANGTIMES - Angka kekerasan, baik secara fisik maupun verbal di Indonesia terus mengalami kenaikan. Bukan hanya perempuan, sejauh ini angka kekerasan terhadap laki-laki juga terus mengalami peningkatan. Kebanyakan, kasus kekerasan terhadap laki-laki banyak terjadi di ruang privat seperti hubungan keluarga.

Humas Yayasan Pulih, Wawan Suwandi menyebut, laporan kekerasan terhadap laki-laki setiap tahunnya memang bertambah. Namun jumlahnya memang tak sebanyak kasus kekerasan yang dialami perempuan.

Baca Juga : Bicara RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Bintang Emon Singgung Statement 'Peran Milenial'

"Untuk yang melapor ke Yayasan Pulih saja itu terus bertambah setiap tahunnya. Kalau secara persis angka keseluruhan butuh didetailkan setiap data yang dimiliki," katanya.

Kekerasan terhadap laki-laki menurutnya, kebanyakan dialami di lingkup keluarga, terutama dalam bentuk kekerasan verbal. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, kekerasan secara verbal tersebut terjadi lantaran ada dominasi yang dilakukan oleh pihak perempuan.

"Tipe laki-laki yang jadi korban dalam rumah tangga adalah laki-laki yang memilih diam untuk menghindari konflik dalam rumah tangga. Tapi sayangnya, istri mereka memanfaatkan situasi untuk mendominasi. Jadi pada dasarnya dominasi bisa antara laki-laki atau pun perempuan," terangnya.

Menurutnya, kekerasan dalam rumah tangga yang paling sering dilaporkan. Terutama berkaitan dengan hak asuh terhadap anak saat akan melakukan atau pun sudah berpisah. Kebanyakan para pria akan melakukan konsultasi untuk setiap permasalahan yang mendetail berkaitan dengan anak tersebut.

Wawan menjelaskan, selama ini ada banyak alasan seorang laki-laki tak membuat laporan meski mereka telah mendapatkan kekerasan. Salah satunya dikarenakan pengaruh toxic maskulin. Di mana selama ini dibudayakan jika laki-laki yang membuat aduan atau hanya sekedar cerita atas kekerasan yang dialami dianggap kurang keren dan tidak maskulin.

"Ketika mereka mau masuk Yayasan Pulih saja itu pasti takut, karena ada rasa malu untuk melapor," jelas pria berkacamata itu.

Baca Juga : Zona Merah Covid-19 Nyaris Merata di Kota Batu

Sementara itu, berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), setidaknya ada lebih dari 1.500 laki-laki yang membuat laporan kekerasan sejak 2014 hingga 2019. 

Permasalahan yang dihadapi diantaranya berkaitan dengan hak asuh anak hingga kesulitan menemui sang buah hati saat usai menjalani proses perpisahan rumah tangga.

 


Topik

Peristiwa


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Pipit Anggraeni

Editor

Heryanto