MALANGTIMES - Sebagai aktivis komunitas Akar Tuli, Oktaviany Wulansari dikenal getol membela hak mahasiswa tuna rungu. Mahasiswi `cantik`, Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya ini tidak pernah menyerah menyuarakan aspirasi mahasiswa tuna rungu untuk mendapatkan kesamaan hak dengan mahasiswa lainnya.
Baca Juga : Seniman Ini Buat Masker Berkarakter Facehugger di Film Alien, Bisa Cegah Covid-19?
Sebagai Koordinator Bidang Internal Akar Tuli, Gadis berjilbab yang santun ini intensif menggelar kegiatan pelatihan bahasa isyarat kepada mahasiswa tuna rumgu dan masyarakat umum di wilayah Kota Malang. Selain itu, gadis kelahiran Solo, 19 Oktober 1992 ini, juga bertekad agar bahasa isyarat bisa disejajarkan dengan bahasa Indonesia pada umumnya.
Gadis berkacamata yang memiliki IPK kumulatif 2,9 ini mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat masih menganggap bahasa isyarat sebagai alat, bukan bahasa utama, padahal menurutnya, bahasa isyarat merupakan bahasa utama yang seharusnya bisa digunakan oleh semua orang.
"Bagi kami, bahasa isyarat adalah bahasa ibu, yang statusnya sama dengan bahasa lainnya," ucap gadis yang akrab disapa Ovi ini.
Menurut Ovi, sebagai aktivis Akar Tuli, dirinya memiliki kewajiban membangun disability wearnes. Mahasiswi semester 5 ini, menilai respon masyarakat dan pemerintah masih belum maksimal menerima keberadaan orang tuna rungu. Ovi mengatakan bahwa selama ini pemerintah masih memprioritaskan tuna netra, sedangkan tuna rungu belum mendapatkan perhatian.
"Tuna netra sudah mendapatkan banyak perhatian, sedangkan tuna rungu masih belum," imbuh Ovi.
Baca Juga : Fashion Hijab Wud Hadirkan Koleksi Baru, Pertahankan Bisnis Saat Pandemi Covid-19
Ovi melanjutkan, beragam kebutuhan telah diberikan pemerintah untuk membantu tuna netra, seperti pemberian alat bantu Al Quran braile, dan support terhadap komunitas tuna netra. Sedangkan penyandang tuna rungu, belum sepenuhnya mendapatkan fasilitas yang sama.
"Tekad saya bulat, jangan diskriminasi penyandang tuna rungu," ucap Ovi.
Ovi dikenal memiliki pendirian yang teguh. Tidak ada kata menyerah dalam kamusnya, apapun akan dia lakukan untuk memperjuankan nasib penyandang tuna rungu. Tidak hanya itu, ia pun akan bekerja keras memperjuangkan bahasa isyarat supaya bisa diterima masyarakat luas. Bahkan ia bersama komunitas Akar Tuli siap memberikan pelatihan bahasa isyarat kepada masyarakat umum, agar tidak ada lagi sekat komunikasi antara tuna rungu dan masyarakat umum.
Tidak ada yang meragukan semangat Ovi berjuang membela hak penyandang tuna rungu. Ia terus menyosialisasikan hak penyandang tuli agar disejajarkan dengan masyarakat lainnya, tanpa diskriminatif. (*)