MALANGTIMES - Cantik Itu Luka, judul buku karya Eka Kurniawan itu mungkin menggambarkan destinasi wisata baru di Kota Batu, Bumi Kitiran. Owner Bumi Kitiran, Aji mesti merelakan lahan kebun jeruk seluas 6 ribu meter persegi di Dusun Binangun, Desa Bumiaji untuk "ditanami" puluhan ribu kitiran atau baling-baling plastik.
Lahan perkebunan yang membentuk lembah itu kini tampil cantik dengan hiasan baling-baling plastik warna-warni. Meskipun, sebelumnya ribuan pohon jeruk mesti ditebang untuk mempersiapkan lahan lokasi wisata Bumi Kitiran.
Baca Juga : Pasca Corona, Warga Butuh Hiburan, Ini 3 Waterpark Paling Ngehit di Indonesia Bakal Diserbu Wisatawan
Pemandangan yang ditawarkan memang memanjakan mata. Kitiran itu ditata membentuk blok-blok warna. Mulai warna hijau, merah, kuning, biru, jingga, biru tua. Juga beberapa kitiran yang dirangkai dengan kerangka khusus misalnya kepala singa, bintang, dan lain-lain.
Saat angin berembus, ribuan baling-baling itu akan berputar serempak dengan bunyi berdesir. "Idenya kitiran, kami ingin mengedukasi anak-anak juga tentang mainan asli Indonesia. Karena nantinya di sini juga akan dibangun taman edukasi. Total ada 24 ribu kitiran yang dipasang di lahan seluas 6.000 meter persegi ini," ujar Anas, salah satu pengelola Bumi Kitiran.
Dia mengungkapkan, inspirasi pembuatan wisata baling-baling tersebut terinspirasi dari destinasi serupa yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah. "Sebagian kitiran yang dipasang ini didatangkan dari Magelang, sementara yang produksi sendiri sekitar 15 ribu unit," sebutnya. Baling-baling itu di pasang di tongkat bambu setinggi hampir satu meter dan ditanam berjajar rapi.
"Dulunya ini memang kebun jeruk milik pribadi. Pengerjaan sekitar tiga bulan sejak Mei. Kan motong pohon jeruk juga, pressing tanah, sampai pemasangan," tuturnya. Saat ini, pihaknya juga masih terus membenahi lokasi wisata yang dibuka untuk umum sejak 18 Agustus 2019 lalu. Di antaranya menanam rumput, bunga dan juga membangun sarana tambahan seperti kantin dan tempat istirahat.
Anas menyebut, investasi yang digunakan untuk membangun Bumi Kitiran mencapai sekitar Rp 200 juta. "Kalau masih kebun jeruk dulu, pendapatan kotor per tahun Rp 40 juta," sebutnya. Dengan tiket masuk Rp 10 ribu per orang, pengelola menargetkan kunjungan wisatawan mencapai 100 orang per hari. Saat ini, rata-rata kunjungan masih di angka 40 orang per hari.
Mengenai dampak penebangan pohon, Anas mengaku pihak pengelola sudah melihat karakteristik tanah saat hujan. "Jadi meski nggak ada pohonnya, kalau hujan itu nggak longsor. Airnya langsung meresap ke tanah dan justru membuat tambah padat," terangnya.
Baca Juga : Pasca Corona, Warga Butuh Hiburan, Ini 3 Waterpark Paling Ngehit di Indonesia Bakal Diserbu Wisatawan
Pihaknya mengaku juga telah melakukan dialog dengan perangkat desa setempat. "Dari perangkat juga mendukung karena meningkatkan kunjungan ke desa ini. Nanti operasionalnya juga melibatkan warga, misalnya bagian pembangunan taman dan lain-lain," terangnya.
Bumi Kitiran sendiri mulai buka pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Pasalnya, untuk memfasilitasi wisatawan yang ingin jalan-jalan sebelum taman-taman rekreasi di Kota Batu buka. "Jadi kan mereka selama ini sebelum taman rekreasi buka mainnya ke wisata petik buah, Bumi Kitiran ini bisa jadi alternatif baru," urainya.
Salah satu pengunjung, Eva menyebut bahwa destinasi tersebut cukup menarik. "Ini unik yaa, dan masih jarang. Kayak foto di luar-luar negeri yang banyak bunga tulip, tapi ini baling-baling. Sayangnya akses ke sini masih sulit ya," ujar perempuan asal Surabaya itu.