MALANGTIMES - Sebuah tugu raksasa yang memiliki ukuran setinggi 62 kaki, atau setara dengan 19 meter berdiri kokoh di puncak dataran tinggi yang berada di pinggiran kota Manado. Mungkin masih jarang yang mengetahui, jika bangunan berukuran jumbo tersebut, merupakan salah satu menorah terbesar yang ada di dunia. Sebagai informasi, menorah merupakan salah satu lambang suci bagi peribadatan umat Yahudi.
Sebelum dibangun menorah, kawasan puncak dataran tinggi yang berada di Manado ini, sebelumnya dikenal sebagai daerah yang banyak dihuni oleh penganut dan misionaris agama Kristen. Seiring berjalannya waktu, wilayah tersebut kini semakin banyak menampakkan identitas Yahudi.
Baca Juga : Di UIN Malang, Jusuf Kalla Bicara Moderasi Beragama
Dengan persetujuan dari pemerintah daerah setempat, para keturunan Yahudi Belanda membuat ruang khusus bagi komunitas mereka. Berbagai ukuran bendera Israel terlihat di pelataran ojek yang berada di dekat tugu Menorah raksasa. Seperti yang terletak di Sinagong (Tempat Beribadatan Yahudi) di Manado, yang dibangun beberapa tahun silam.
Selain bendera Israel, simbol bintang daud berukuran besar juga menghiasi langit-langit Sinagong. Mulai dari Tugu, Sinagong, dan beberapa fasilitas bangsa Yahudi di Manado, semuanya dibangun menggunakan biaya dari kas pemerintah daerah.
Sebelum meminta bantuan komunitas Yahudi dari luar negeri. Kaum Yahudi setempat menyempatkan diri untuk mempelajari ajaran keyakinan mereka melalui internet. Mulai dari halaman Taurat hasil cetakan dari internet, serta berbagai wawasan lainnya, juga mereka kumpulkan dan dipelajari bersama.
Selain dalam bentuk cetakan, kaum Yahudi disana juga mempelajari ajaran keyakinan mereka melalui rekaman video youtube yang mereka unduh. “Kami hanya berusaha menjadi Yahudi yang baik,” kata salah satu pemimpin kepercayaan Yahudi, Toar Palilingan, saat dikutip The New York Times beberapa waktu lalu.
Ketika memimpin sebuah acara makan malam saat perayaaan Sabbath yang diadakan di kediaman keluarganya. Toar mengenakan pakaian ala Yahudi. Yakni dengan topi hitam lebar, kemeja putih serta setelan jas berwarna hitam.
Bersama sepuluh orang pengikut Yahudi, mereka biasanya beribadah di sebuah sinagog yang merupakan peninggalan Belanda, yang berlokasi di pinggiran kota Manado. “Tapi jika dibandingkan dengan Yahudi di Yerusalem atau Brooklyn, kami belum sebanding”, sambung Toar Palilingan.
Baca Juga : Saat Ini Ajaran Raja Namrud Jadi Pilar Globalisasi
Belakanan diketahui, Toar Palilingan juga dikenal dengan nama Yaakov Baruch, atau diistilahkan sebagai nama Yahudi yang dipakainya.
Saat ini, Palilingan alias Yaakov merupakan angota Indonesian Jewish Community (IJC), sekaligus Ketua North Sulawesi Jewish Community (NSJC).
Berdasarkan chanel youtube Terinfo, menunjukkan jika beberapa tahun belakangan ini, pengusaha dari Israel dan bangsa Yahudi dari berbagai belahan negara, diam-diam datang ke Indonesia. Bukan tanpa tujuan, kehadiran mereka bermaksud untuk mencari peluang usaha.
Setelah sempat riwa-riwi. Sementara ini terpantau jika mereka masih kesulitan untuk mengembangkan usaha di Indonesia. Toar Palilingan mengatakan, kendala tersebut disinyalir lantaran Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara Israel.
