JATIMTIMES - Kesetiaan dalam sejarah kenabian sering lahir dari lingkar kecil orang-orang yang percaya sepenuh hati. Pada masa Nabi Isa Alaihissalam, lingkar itu dikenal sebagai Hawariyyun, dua belas murid yang berdiri di barisan paling depan saat risalah mulai diuji penolakan.
Para Hawariyyun berasal dari kalangan Bani Israil. Mereka bukan sekadar pengikut, melainkan sosok-sosok yang mengakui Nabi Isa AS sebagai utusan Allah SWT dan siap membantu perjuangan dakwahnya. Dalam berbagai riwayat, Nabi Isa disebut menerima wahyu ketika berusia sekitar 30 tahun. Sejak itulah, para murid ini tampil sebagai penopang utama misi kenabian, terutama saat keimanan masyarakat mulai goyah.
Baca Juga : Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Waktu Terus Berjalan, Saatnya Introspeksi Diri
Nama-nama Hawariyyun kerap disebut dalam literatur keislaman, antara lain Andreas, Barnabas, Bartholomeus, Matius, Philipus, Simon Petrus, Thadeus, Yahya bin Zabdi, Yakub bin Zabdi, Yakub bin Alpius, Yahuda, serta Yahuda Iskariot. Mereka dikenal sebagai kelompok yang setia mendampingi Nabi Isa AS setelah turunnya wahyu, baik dalam menyeru tauhid maupun menghadapi penentangan.
Para ulama tafsir memberikan penjelasan beragam mengenai makna Hawariyyun. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, salah satu pendapat menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bertubuh pendek. Pendapat lain menjelaskan, sebutan Hawariyyun muncul karena kebiasaan mereka mengenakan pakaian berwarna putih. Ada pula yang berpendapat bahwa mereka berasal dari kalangan pemburu. Perbedaan pandangan ini menunjukkan luasnya khazanah penafsiran terkait sosok-sosok terdekat Nabi Isa AS.
Al-Qur’an secara tegas mengabadikan kisah Hawariyyun dalam Surat Ali Imran ayat 52. Dalam ayat tersebut digambarkan momen ketika Nabi Isa merasakan adanya pengingkaran dari sebagian Bani Israil. Ia pun bertanya, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyun menjawab dengan keyakinan penuh, “Kamilah penolong-penolong agama Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim.”
Penafsiran Al-Muyassar yang diterbitkan Kementerian Agama Saudi Arabia menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan posisi Hawariyyun sebagai sahabat setia dan penyeru agama Allah. Mereka digambarkan sebagai kelompok yang taat pada perintah Allah SWT dan membenarkan risalah yang dibawa Nabi Isa AS. Pengakuan iman mereka menjadi fondasi utama dalam menghadapi penolakan dan kebohongan yang diarahkan kepada sang nabi.
Baca Juga : Bolehkah Berpuasa di Hari Jumat? Ini Penjelasan Lengkap Menurut Hadits dan Ulama
Kisah serupa kembali ditegaskan dalam Surat As-Shaff ayat 14. Allah SWT menyeru orang-orang beriman agar meneladani sikap Hawariyyun, sebagaimana Nabi Isa berkata kepada para pengikut setianya, “Siapakah penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Jawaban mereka tetap sama: kesiapan total untuk menjadi pembela agama Allah. Ayat ini juga mencatat bahwa sebagian Bani Israil menerima kebenaran, sementara sebagian lainnya tetap ingkar. Kepada mereka yang beriman, Allah memberikan kekuatan hingga mampu mengungguli musuh-musuhnya.
Dari kisah Hawariyyun, Al-Qur’an tidak hanya menghadirkan catatan sejarah, tetapi juga pesan lintas zaman. Keteguhan iman, keberanian berdiri di sisi kebenaran, dan kesiapan menjadi penolong agama Allah adalah nilai yang terus relevan, dari masa Nabi Isa AS hingga hari ini. Wallahu a’lam.
