JATIMTIMES - Filosofi Ki Hajar Dewantara terus menjadi kompas moral bagi para pendidik, termasuk di SMK PGRI 7 Singhasari yang juga berada dinaungan PGRI bersama Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama). Di tengah dinamika sekolah yang tak pernah benar-benar sunyi, para guru di sana menautkan kembali idealisme mereka pada gagasan klasik sang Bapak Pendidikan: menjadi teladan, penggerak, dan pendorong tumbuhnya karakter peserta didik.
Kepala SMK PGRI 7 Singhasari, Dr. Roni Alim Ba'diya Kusufa, M.Pd, menegaskan bahwa kekuatan seorang guru bukan hanya terletak pada kemampuan mengajar, tetapi pada radiasi ketulusan. Baginya, ruang kelas adalah tempat di mana kesabaran diuji, komitmen dimurnikan, dan masa depan bangsa dibentuk setiap hari. “Guru hadir bukan untuk sekadar menyampaikan materi, tapi menuntun, membantu siswa berdiri di atas kakinya sendiri,” kata Dr. Roni, menautkan peran pendidik dengan amanat besar yang termaktub dalam konstitusi.
Baca Juga : MAN 2 Kota Malang Jadi Lab Belajar Bagi SMP Mutiara Jimbaran Bali
Ia juga menggarisbawahi empat kompetensi yang harus melekat pada diri setiap pendidik: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempatnya adalah pilar yang membuat seorang guru tak hanya dihormati, tetapi juga dipercaya. Tanpa fondasi itu, menurutnya, proses pendidikan mudah kehilangan arah.

“Ketika kompetensi ini menyatu, guru bukan cuma pengajar. Ia menjadi cermin, inspirasi, sekaligus motor perubahan sosial,” ujarnya.
Dalam berbagai kesempatan, Dr. Roni mengajak para pendidik untuk kembali menengok nilai-nilai Ki Hajar Dewantara, Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan Tut wuri handayani. Filsafat tiga sisi ini, menurutnya, bukan sekadar slogan, melainkan prinsip kerja yang menuntut konsistensi. Guru harus mampu berdiri di depan sebagai panutan, hadir di tengah untuk membangun semangat, dan berada di belakang sebagai tenaga penggerak yang menjaga peserta didik tetap melaju.
Di lingkungan SMK PGRI 7 Singhasari, refleksi itu tak berhenti menjadi wacana. Para guru terus merawat semangat kolektif untuk menghadirkan pendidikan yang relevan, manusiawi, dan berorientasi masa depan. Ada tekad yang tumbuh bersama: sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi ruang bertumbuh yang disangga dedikasi para pendidik.
Filosofi Ki Hajar Dewantara, yang diwariskan lebih dari seabad lalu, tetap menjadi cahaya yang menuntun langkah. Di pundak para guru, nilai-nilai itu menemukan bentuk nyatanya dalam tindakan sehari-hari dan dalam komitmen mereka mencerdaskan generasi bangsa.
