JATIMTIMES - Kontroversi seputar hukuman FIFA kepada Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi semakin panas. Bukan hanya menyangkut internal sepak bola Malaysia, kini isu tersebut ikut menyeret nama Indonesia setelah Putra Mahkota Johor Tunku Ismail Sultan Ibrahim menyinggung adanya dugaan campur tangan pihak asing.
Melalui akun X resminya, Tunku Ismail mengunggah tangkapan layar empat artikel yang membahas FIFA. Salah satunya dari media Malaysia SBWTF yang menuding Ketua Umum PSSI Erick Thohir berperan dalam keputusan FIFA. Walau unggahan itu kini sudah dihapus, jejak digitalnya kadung menyebar luas dan memicu reaksi keras dari publik Indonesia.
Baca Juga : Ranking FIFA Malaysia Terancam Anjlok 10 Posisi Imbas Hukuman FIFA
Tudingan yang Memicu Kontroversi
Dalam unggahan singkatnya, Tunku Ismail tidak menulis nama Erick Thohir secara eksplisit. Namun, netizen menilai bahwa isyaratnya jelas, apalagi artikel yang diposting memang menyebut ketum PSSI.
Ia juga menyinggung ada “pihak asing” yang memengaruhi FIFA, sembari menuliskan kalimat “Siapa yang ada di New York?”. Ucapan ini ditafsirkan sebagai sindiran atas pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden FIFA Gianni Infantino di New York beberapa waktu lalu.
Meski begitu, tidak ada bukti nyata yang mendukung tudingan ini. FIFA dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa sanksi diberikan murni karena adanya pemalsuan dokumen naturalisasi oleh pihak Malaysia.
Gelombang Reaksi dari Netizen Indonesia
Pernyataan Tunku Ismail langsung memicu perlawanan dari netizen Indonesia. Ribuan komentar memenuhi akun Instagram resmi @hrhcrownprinceofjohor.
Netizen kompak membela Erick Thohir dan Presiden Prabowo. Bahkan banyak yang menilai tudingan itu hanya bentuk pelampiasan karena Malaysia dijatuhi sanksi berat.
“Sekelas raja kok menuduh tanpa bukti. Posting lalu hapus, mental apa itu?”
“Kalau memang benar, buktikan data pemain naturalisasi kamu. Jangan tuduh Indonesia.”
“Indonesia fokus ke Piala Dunia, Malaysia fokus ke Piala Asia. Dari level saja sudah berbeda.”
“Curiga karena Presiden Prabowo ketemu FIFA? Itu logika yang dipaksakan.”
Selain membanjiri kolom komentar, netizen juga membuat tagar di media sosial untuk mendukung Erick Thohir. Fenomena ini memperlihatkan kuatnya nasionalisme suporter Indonesia ketika merasa negaranya diserang.
Fakta Resmi: Sanksi FIFA untuk Malaysia
Untuk diketahui, FIFA pada Jumat (26/9/2025) resmi menjatuhkan sanksi berat kepada FAM dan tujuh pemain naturalisasi.
Sanksi untuk pemain:
Setiap pemain dikenai denda 2.000 franc Swiss (Rp41,8 juta) dan larangan bermain selama 12 bulan.
Sanksi untuk FAM:
Denda sebesar 350 ribu franc Swiss (Rp7,3 miliar) karena terbukti melakukan pemalsuan dokumen naturalisasi.
Daftar pemain yang terkena sanksi FIFA adalah:
1. Gabriel Felipe Arrocha
2. Facundo Tomas Garces
3. Rodrigo Julian Holgado
4. Imanol Javier Machuca
5. Joao Vitor Brandao Figueiredo
6. Jon Irazabal Iraurgui
7. Hector Alejandro Hevel Serrano
Sanksi ini langsung berdampak besar terhadap persiapan Malaysia, terutama menghadapi ajang kualifikasi Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2026 zona Asia.
Rivalitas Indonesia–Malaysia Ikut Terseret
Rivalitas Indonesia–Malaysia di lapangan hijau memang sudah berlangsung lama. Pertandingan kedua negara sering disebut sebagai “laga penuh gengsi” Asia Tenggara.
Baca Juga : Ramalan Zodiak 27 September 2025: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo Panen Rezeki
Tak heran, ketika isu FIFA ini menyeret nama Erick Thohir dan Presiden Prabowo, publik Indonesia langsung tersulut emosinya. Banyak yang menilai tudingan Malaysia adalah bentuk “kambing hitam” atas kesalahan internal mereka sendiri.
Di sisi lain, suporter Malaysia ada yang mendukung Tunku Ismail dengan alasan bahwa keputusan FIFA terasa berat sebelah. Namun tidak sedikit pula yang menyarankan agar FAM berbenah dan tidak mencari pihak lain sebagai penyebab.
Dampak ke Hubungan Sepak Bola Kedua Negara
Jika isu ini terus berlanjut, hubungan federasi sepak bola Indonesia dan Malaysia bisa ikut merenggang. Padahal, kedua negara sama-sama anggota AFF (ASEAN Football Federation) yang seharusnya saling mendukung dalam meningkatkan kualitas sepak bola regional.
Selain itu, FIFA bisa menyoroti potensi konflik antar federasi jika pernyataan tudingan tidak segera diluruskan. Artinya, semakin lama kontroversi ini berlarut-larut, semakin besar pula potensi dampak diplomatiknya.