JATIMTIMES - Wastra Nusantara resmi menjadi dress code atau pakaian yang diimbau untuk dikenakan saat Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI dan Upacara Penurunan Bendera Sang Merah Putih pada peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia tahun 2025.
Kedua upacara tersebut akan digelar di halaman Istana Merdeka, Jakarta, pada 17 Agustus 2025. Imbauan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Nomor B-25/M/S/TU.00.03/08/2025 tentang Pedoman Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI Tahun 2025.
Baca Juga : Pangeran Arya Blitar: Putera Pakubuwana I, Pembersih Sisa Kekuasaan Amangkurat III
Surat edaran yang diterbitkan pada 12 Agustus 2025 tersebut memuat sejumlah ketentuan dan imbauan terkait pelaksanaan peringatan Hari Kemerdekaan. Salah satu poinnya berbunyi:
"Pakaian yang dikenakan saat upacara yaitu Wastra Nusantara."
Apa Itu Wastra Nusantara?
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI VI Daring), wastra adalah kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri, mencakup dimensi warna, ukuran, dan bahan. Contohnya adalah batik, tenun, dan songket. Sedangkan nusantara adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.
Dengan demikian, Wastra Nusantara berarti kain tradisional khas dari berbagai daerah di Indonesia yang sarat makna budaya, sejarah, dan filosofi. Tidak sekadar busana adat, kain ini juga menjadi identitas dan simbol persatuan bangsa.
Repositori Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan: "Pada hakikatnya, wastra tidak hanya sekadar kain untuk tata busana atau gaya daerah saja, tetapi juga memiliki nilai filosofis dan dimensi budaya Indonesia."
Sejarah dan Nilai Filosofis Wastra Nusantara
Wastra Nusantara telah menjadi bagian dari peradaban Indonesia sejak berabad-abad lalu. Catatan sejarah menunjukkan bahwa tradisi menenun dan membatik sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, bahkan sebelumnya. Bukti arkeologis berupa kain tenun ditemukan di situs-situs prasejarah, menandakan bahwa pembuatan kain telah menjadi bagian penting kehidupan masyarakat Nusantara.
Pada masa lalu, wastra memiliki fungsi sosial dan simbolik yang sangat kuat:
Simbol Status dan Kekuasaan
Di kerajaan-kerajaan Jawa, Bali, dan Sumatra, motif tertentu hanya boleh dipakai oleh keluarga bangsawan. Misalnya, motif batik Parang Barong yang menjadi lambang kepemimpinan dan kewibawaan.
Penanda Peristiwa Penting
Ulos di Tanah Batak diberikan dalam upacara kelahiran, pernikahan, hingga kematian sebagai simbol restu dan kasih sayang. Di Nusa Tenggara Timur, kain tenun ikat dipakai saat upacara adat sebagai tanda penghormatan kepada leluhur.
Perlindungan Spiritual
Beberapa kain dipercaya memiliki kekuatan magis. Tenun Gringsing dari Bali, misalnya, diyakini mampu menangkal bala karena teknik pembuatannya yang rumit dan penuh ritual.
Media Penyampai Pesan Filosofi
Motif, warna, dan komposisi kain sering menyimpan makna kehidupan, keseimbangan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Contohnya, motif Kawung dalam batik melambangkan kesucian dan pengendalian diri.
Selain itu, teknik pembuatan wastra sering melibatkan ritual khusus, seperti berpantang kata-kata kasar, menghormati alam, atau berdoa sebelum memulai proses menenun. Hal ini menunjukkan bahwa kain tradisional bukan sekadar produk tekstil, melainkan karya seni yang memuat nilai spiritual.
Ragam Contoh Wastra Nusantara dan Maknanya
1. Batik (Jawa Tengah, Yogyakarta, dan daerah lain)
UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 2009.
Motif Parang Rusak melambangkan kekuatan dan keberanian, sedangkan Kawung melambangkan kemurnian hati.
2. Songket (Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Lombok)
Baca Juga : Bupati Magetan Kukuhkan 72 Anggota Paskibra 2025
Benang emas atau perak yang ditenun melambangkan kejayaan dan kemakmuran.
Umumnya dipakai saat acara adat dan penyambutan tamu kehormatan.
3. Ikat (Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan)
Motifnya menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan roh nenek moyang.
4. Ulos (Sumatra Utara)
Menjadi simbol kasih sayang, restu, dan ikatan kekeluargaan.
5. Gringsing (Bali)
Tenun ganda langka yang dipercaya sebagai pelindung dari mara bahaya.
Makna Pemilihan Wastra Nusantara untuk HUT RI ke-80
Pemilihan Wastra Nusantara sebagai dress code upacara kenegaraan bukan hanya untuk memperindah penampilan, tetapi juga sebagai pesan kebangsaan bahwa Indonesia adalah negara yang beragam namun tetap satu.
Momen ini diharapkan menjadi pengingat bahwa kain tradisional adalah warisan leluhur yang harus dilestarikan di tengah perkembangan mode modern. Selain itu, penggunaan wastra di panggung kenegaraan dapat:
• Menumbuhkan kebanggaan nasional
• Menarik perhatian dunia internasional terhadap kekayaan budaya Indonesia
• Memberi peluang bagi perajin kain tradisional untuk mendapat apresiasi dan dukungan ekonomi.
Dengan mengenakan Wastra Nusantara pada momen bersejarah seperti HUT ke-80 Kemerdekaan RI, kita tidak hanya memeriahkan peringatan kemerdekaan, tetapi juga turut menjaga warisan budaya bangsa yang telah hidup selama ratusan tahun. Setiap helaian kain, setiap motif, dan setiap warna membawa kisah perjuangan, kearifan lokal, serta pesan persatuan yang menjadi roh Indonesia. Inilah cara sederhana namun bermakna untuk menunjukkan bahwa di tengah keberagaman, kita tetap satu dalam semangat Merah Putih.