MALANGTIMES - Bulan Agustus lalu, Kota Malang dihebohkan kabar empat atlet renang pingsan usai berlatih di kolam renang Gajayana pada Minggu (19/8/2018) sore. Selanjutnya, dua atlet juga pingsan diduga terkena reaksi kaporit. Mereka mengalami mual sesak napas serta mata perih hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat.

Baca Juga : Lagi, 1 Warga Kota Kediri Terkonfirmasi Positif Covid 19

Yang lebih mengejutkannya lagi, kolam renang tersebut sejak dibuka ternyata tidak pernah diganti airnya. Selama sembilan tahun. air kolam itu sama sekali belum diganti. Hanya diberi kaporit bakteri saja.

Alasannya karena biaya pergantian air cukup besar. Untuk mengisi satu kolam renang, tangki air yang diperlukan sebanyak 600 tangki dengan ukuran lima ribu liter. Satu tangki harganya seratus ribu. Pergantian air butuh dana sekitar Rp 250 juta lebih.

Sejak kejadian itu, kesepakatannya kolam renang tersebut akan diperbaiki. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Malang yang dinaungi Dinas Kesehatan Kota Malang pun beberapa kali memeriksa air kolam tersebut.

"Masalah air kolam renang hasil kesepakatan itu kolam renang akan diperbaiki. Setelah perbaikan kemarin mereka memeriksakan lagi ke sini," ujar Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Malang Agus Widodo SKM M.Mkes. 

Baca Juga : Telusuri Orang Terdekat Pasien Konfirm ke-2 Covid-19 di Kota Batu, Hasilnya Negatif

Menurut Agus, pihak pengurus kolam kembali mendatangi Labkesda untuk memeriksa air kolamnya. Yang terakhir, hasilnya cukup bagus, namun masih perlu perbaikan lagi.

"Yang terakhir itu cukup bagus. Cuma yang kemarin kejernihannya mungkin yang masih kurang," ungkap Agus.

Kurangnya kejernihan air tersebut, menurut Agus, kemungkinannya adalah disebabkan terlalu lama air itu tidak difilterisasi. (*)