MALANGTIMES - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang kembali bergolak. Setelah sebelumnya sempat panas dengan adanya pernyataan Rektor UIN Maliki Prof Abdul Haris, dimana dianggap merendahkan profesi para petani dan buruh dalam sambutan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK), kini muncul permasalahan baru.
Baca Juga : Tiga Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di Kota Malang Sembuh
Kini, muncul sebuah surat yang tersebar melalui Whatsapp berjudul 'Surat Cinta Untuk Rektor, Mahasiswa UIN Malang Menuntut Atribut dan Almamater Kampus'. Isi surat tersebut, intinya mengkritisi terkait jas almamater kampus yang tak kunjung diberikan pihak kampus saat pelaksaanan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) dan bahkan hingga bergantinya bulan pasca dilaksanakannya PBAK.
Padahal dalam pelaksanaan PBAK, juga terpampang jelas tata tertib PBAK 2018, menerangkan kewajiban berpakaian rapi mahasiswa baru dengan mengenakan jas almamater, baju putih, berkopyah atau peci hitam, menggunakan celana kain hitam (bagi putra), rok hitam (bagi puteri), sepatu hitam dan berkaos kaki.
Namun pada kenyataannya, hingga sampai hari ini (3/8/2018) mahasiswa baru 2018 belum mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya tersebut. M Nur Muafi (21) salah satu perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang merupakan penulis surat cinta untuk rektor tersebut mengungkapkan, bahwa ia mewakili dan menampung keluhan para mahasiswa baru 2018 tentang belum diterimanya atribut kampus itu.
"Nah sedangkan mahasiswa baru tanyanya selalu kepada pendamping, mereka selalu telepon, kak kapan almamaternya dibagikan biar bisa segera dipakai," ungkapnya saat dihubungi MalangTIMES (3/9/2018).
Semenjak dari PBAK 2018 yang digelar pada 13 Agustus 2018, memang para mahasiswa belum mengenakan almamater. Namun dari pihak kampus juga belum memberikan kepastian kapan jas almamater mahasiswa baru akan diberikan.
"Namun informasinya sudah ada, tinggal bagikan saja. Tapi tidak tau cara bagikannya bagaimana, soalnya panitianya dari dosen. Pihak kampus belum memastikan, suruh nunggu dulu, belum bisa dibagikan sekarang. Semoga saja besok bisa dibagikan," ungkap perwakilan BEM Fakultas tersebut.
Berbeda dari tahun sebelumnya, memang pada saat itu sempat menunggu, namun saat itu, waktu menunggu tidak lama seperti tahun ini. Maka dari itu ia berharap, agar pihak kampus segera mendengarkan keluhan mahasiswa baru tersebut terkait jas almamater.
"La mau gimana lagi mas, mereka kan juga kasihan, sampai Senin ini (3/8/2018) juga belum ada pembagian. Kan kayak orang jualan mas, ketika uangnya sudah dikasih mana barangnya," tambahnya.
Selain mengkritisi tentang belum diterimanya jas almamater, dalam surat cinta untuk rektor tersebut juga mengkritisi tingginya uang UKT (Uang Kuliah Tuggal). Padahal ada mahasiswa yang bukan merupakan orang kaya, melainkan hanya seorang petani biasa.
Sementara itu, berikut isi dari surat cinta untuk rektor tersebut, "Mahasiswa Baru UIN Malang Menuntut Atribut dan Almamater Kampus".
Assalamualaikum Wr. Wb
Teringat kala itu 12 Agustus 2018. Embun pagi dingin menyapa raga ini. Saya melihat
handphone telah menunjukan suhu 15°, “hem....sungguh berbeda dengan kampung halaman saya, yang biasanya bersuhu 24°”. Kutatap gedung didepan saya ini, megah dan besar itulah yang ada dalam benak fikiran. Masih seperti mimpi saya bisa melangkah ke UIN Malang .Di gedung yang megah ini, saya tapakkan kaki ini pertama kali untuk melangkah masuk. Dengan berbekal segenap amanah dan harapan orangtua yang bangga akan sosok anaknya yang berhasil masuk kedalam "Word Class University", berjalan melewati gedung demi gedung hingga langkah kaki ini sejenak terhenti di belakang perpustakaan yang diberi nama "gedung Abdrurrahman Wahid" sosok kiyai dan mantan Presiden RI yang ke-4.
Saya edarkan pandangan melihat sekitar, terpampang jelas dan besar sebuah gambar yang berdekatan dengan bangunan menjulang ke langit itu, “TATA TERTIB PBAK-2018”. Dalam gambar itu menerangkan kewajiban berpakaian rapi Mahasiswa Baru dengan mengenakan jas Almamater , Baju putih, Berkopyah / peci Hitam, menggunakan celana kain hitam (bagi putra), rok hitam (bagi puteri), sepatu hitam dan berkaos kaki. Namun, hingga sampai hari ini saya selaku mahasiswa baru 2018 masih merasakan keganjalan dan pertanyaan besar dalam bayang-bayang fikiran saya.
Mengapa dan kenapa sampai hari ini jas almamater yang seharusnya menjadi kewajiban kami untuk berpakaian rapi dan memenuhi kewajiban tata tertib yang telah ditetapkan saat di acara pbak itu belum kami terima dari pihak kampus?. Sedangkan melihat teman-teman yang berada di kampus-kampus tetangga, jauh sebelum pengenalan budaya akademik sudah di berikan fasilitas dan atributnya dari kampus.
Logikanya, dari awal tentunya kampus sudah tau jumlah pasti mahasiswa baru yang akan diterima didalam kampus. tapi, Kenapa pembagian almamater di kampus kita bisa sampai telat?. Telinga ini juga mendengar, jika di tahun sebelum-sebelumnya almamater memang selalu telat dibagikan kepada mahasiswa baru, lantas Apakah ini masih akan selalu di budayakan di kampus
tercinta kita ini?.Huznudzon saya, mungkin ini memang tidak di persiapkan dan dirancang dari jauh-jauh hari, atau mungkin CV pembuat jas almamater ini lebih mendahulukan kampus lain karena memang pemesanannya lebih dulu dan jumlahnya sudah di pastikan dari beberapa bulan sebelumnya.
Jika seperti itu, Mengapa ketika kampus menagih biaya administrasi kepada kami. Kenapa diharuskan tepat waktu? Ada apa sebenarnya dengan kampus ini?. Perlu diketahui juga bersama ,bahwa pengenalan budaya akademik dalam kampus ini telah terlamapau jauh , bahkan kini telah berganti bulan.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Lantas, Kenapa fasilitas almamater yang menjadi bagian dari identitas kampus ini belum kami terima? Hingga saya bertanya-tanya, pada diri sendiri, “Apakah Saya sedang bermimpi buruk?”. Di samping itu ada juga problem mengenai “pembayaran soto qonaah via rekening. Eh maksudnya via ATM”.
Fasilitas ATM juga yang katanya diawal kemarin kami mahasiswa baru akan difasilitasi pembuatan ATM namun sampai sekarangpun ATM yang telah di janjikan belum juga kami terima. Kan kasihan, teman-teman yang rumahnya Lombok, Maluku, Sumatra atau luar Malang lain yang sebelumnya belum membuat ATM, secara tidak langsung mereka nantinya akan kesulitan jika nanti ingin membeli buku-buku kuliah atau mau membeli soto qona’ah di belakang kampus.
“Assalamualaikum”, birokrasi kampus ? semoga selalu di berikan kesehatan nggih bapak atau ibu. Jika mungkin njenengan lagi sakit, saya dan teman teman Mahasiswa baru lainya akan mendoakan kesehatanya bapak dan ibuk agar bapak dan ibuk bisa bekerja sesuai dengan tugas dan amanahnya njenengan nggih, sehingga kami selaku mahasiswa baru bisa menerima hak kami untuk mendapatkan fasilitas dan atribut yang ada di kampus UIN Malang.
“Assalamualaikum” bapak Rektor UIN Malang. Prof Dr.Abd. Haris M.Ag bagaimana kabarnya njenengan Prof ? Semoga njenengan selalu di berikan kesehatan selalu nggih, Agar senantiasa memimpin kampus yang kita cintai ini.
“Prof dengar-dengar njenengan dulu pas masih menjadi mahasiswa, njenengan juga berstatus aktivis mahasiswa nggih prof ?,”. Ketua senat mahasiswa yang sekarang sudah menjadi kampus UIN Malang ini nggih?. Dan kini njenengan juga sedang mengemban amanah diberbagai lembaga yang berada di luar kampus ?.
Sungguh saya sangat!! bersyukur dan banyak-banyak Alhamdulilah Prof, menjadi mahasiswanya njenengan. Saya sangat bangga Prof dengan semangat pengabdian njenengan untuk mencetak dan membangun generasi-generasi Milenial calon presiden dan calon pejabat-pejabat Negara untuk melanjutkan perjuangan njenengan.
Namun saya juga ngapunten prof, sedikit kecewa ketika njenengan menyampaikan sambutannya kemarin dalam pembukaan pbak-2018 waktu lalu njenengan mengatakan beberapa statment tentang “wajah kita adalah wajah presiden dan pemimpin negeri, tidak wajah petani”, mohon maaf prof. Bapak saya di rumah niku petani prof, dan ibu saya di rumah hanya menjadi ibu rumah tangga biasa.
Jika mahasiswa UIN Malang semuanya menjadi pejabat, nanti yang bakalan meneruskan “perjuangan para petani” siapa prof ?. Apakah kita harus menjual tanah kita dan membangun sebuah perusahaan besar agar nantinya bisa di gunakan sebagai kantor yang megah?, sehingga kita dapat menjadi pejabat negara yang memiliki jiwa ulul albab dikarenakan saya adalah lulusan UIN Malang?.
Huznudzon saya, sewaktu pembukaan pbak kemarin. Njenengan hanya sekedar meningkatkan semangat kami untuk mengikuti PBAK UIN Malang dan mengikuti jejak-jejak pahlawan negara sepertihalnya njenengan sekarang prof, yang menjadi pucuk pimpinan dan nahkoda kampus besar “world class university” di kota Malang.
Jika mungkin njenengan ada waktu longgar, saya harap saya ingin dan bisa duduk bareng
njenengan prof, lalu kita foto bersama sebagai kenang-kenangan saya ketika menjadi mahasiswa di UIN Malang ini. Jadi selama 4 tahun kedepannya saya tidak hanya bertemu njenengan cuman 2 kali prof, saat pembukaan PBAK dan saat saya wisuda saja, namun kita juga bisa bertemu berkali-kali di forum-forum lain untuk mengawal kampus tercinta ini prof.Jika mungkin njenengan dulunya mantan aktivis, tentulah prof dulunya juga pernah menjadi seorang demonstran yang menuntut akan haknya sebagai mahasiswa dan menjadi penyambung lidah masyarakat kan nggih prof. Di hari ini saya selaku mahasiswa dan penyambung lidah masyarakat UIN Malang 2018 meminta hak yang seharusnya menjadi milik kami prof, sebuah kebanggan tersendiri bagi kami. Prof jika kami bisa mengenakan almamater sakral tersebut, tentunya orang tua saya akan bangga puteranya bisa mengenakan identitas dari kampus besar seperti UIN Malang, terlebih jika sudah mengenakan jas saya bisa foto bareng njenengan prof, Orang tua pasti akan bangga dengan kami putra-puterinya bisa foto dengan njenengan bapak rektornya UIN Malang.
Oh iya prof, saya juga mau curhat prof terkait UKT, Bapak saya kan hanya petani dan Ibu hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara namun, Mengapa UKT saya begitu mahal dan memberatkan orang tua saya nggih prof ?. Jika diizinkan saya ingin
memberikan sebuah keterangan kepada orang tua saya, tentang rincian dari UKT saya ini prof.Meskipun saya tahu UKT itu ditentukan oleh negara, tapi paling tidak saya ingin meminta
keterangan atau lampiran saja, agar orang tua di rumah mengerti dan faham kenapa UKT anaknya begitu mahal prof. Demikian sapa sayang dari saya prof mahasiswa baru 2018 yang belajar menjadi seorang aktivis seperti njenengan dulu ketika menjadi mahasiswa.Wassalamualaikum wr.w
(Pokemon kecil)
Malang, 03 September 2018,"
isi surat Cinta Untuk Rektor UIN Malang.