JATIMTIMES - Minum minuman bersoda saat panas tengah hari ditambah dengan bongkahan es batu memang menggoda dan bisa menyegarkan dahaga.
Jenis minuman soda saat ini sudah sangatlah beragam. Dari beragam perusahaan, baik impor dan lokal.
Baca Juga : Wadahi Kreativitas, Dispendik Kabupaten Malang Gelar Lomba Video Inovasi Pembelajaran
Tapi tahukah kamu jika minuman soda pertama di Indonesia adalah buatan lokal? Nama minuman tersebut adalah Badak.
Dilansir dari akun Tiktok @goodnewsfromindonesia, pada tahun 1916, pabrik bernama NV Ijs Fabriek Siantar berdiri di Pemantang Siantar dan memproduksi minuman Cap Badak.
Pabrik soda Cap Badak ini didirikan oleh Heinrich Surbeck, seorang pria kelahiran Halau, Swiss. Saat masa pendudukan Jepang, pabrik ini bahkan masih bertahan. Namun situasi berubah saat Surbeck dibunuh oleh rakyat yang memberontak Belanda usai proklamasi kemerdekaan.
Singkatnya, pada tahun 1969, Julianus Hutabarat yang merupakan seorang pengusaha, akhirnya membeli perusahaan tersebut. Pabrik ini pun resmi berpindah tangan pada tahun 1971 dan berganti nama menjadi PT Pabrik Es Siantar.
Ternyata peralihan kepemilikan tidak berdampak buruk terhadap penjualan. Badak justru kian berjaya. Merek ini digdaya di Sumatra Utara pada 1970 sampai 1980-an.
Tak kalah dengan perusahaan minuman bersoda intenasional lainnya, pabrik ini menghasilkan minuman soda dengan varian rasa jeruk, anggur, sarsaparila, dan soda murni.
Bagi masyarakat Medan, minuman Cap Badak ini sudah sangat terkenal, dan mudah dijumpai di restoran Tionghoa juga rumah makan Batak Toba.
Minuman ini terbuat dari air, karbon dioksida (CO2), garam, sodium, dan sulfatrinasius. Kehadiran karbon dioksida pada Badak memberi sensasi “menggigit” dan segar.
Baca Juga : Semakin Tangguh, New Honda ADV160 Hadir dengan Warna Baru
Sensasi itulah yang banyak digemari oleh masyarakat sehingga membuat Badak laku keras.
Usia Badak kini hampir satu abad. Di tengah gempuran minuman soda merek internasional, Badak tetap eksis. Segelintir warung, kedai kopi dan rumah makan di Pulau Sumatra dan Jawa masih menjajakannya.
Memang, butuh kesabaran untuk mencari minuman menyegarkan ini di luar Medan dan Pematang Siantar. Sebab, produksinya tidak lagi banyak.
Sejak pertama kali diproduksi, tidak banyak terjadi perubahan, baik pada rasa maupun kemasan. Sejak mulai diproduksi hingga sekarang, Badak tetap setia menggunakan botol kaca dengan desain vintage.
Pemakaian botol kaca berperan mempertahankan karbon dioksida pada minuman soda. Dengan demikian, sensasi menggigitnya tetap kuat.
Nah itu dia minuman soda pertama di Indonesia, apakah kamu pernah mencobanya?