JATIMTIMES - Salah satu jembatan gantung sebagai penghubung antara Jalan Brigjen Slamet Riyadi (Oro-Oro Dowo) dengan Kelurahan Samaan selama ini dikenal dengan sebutan Jembatan Pelor.
Benarkah demikian? Menurut mantan Direktur Utama Jasa Tirta I Raymond Valiant, nama penyeberangan melintas Sungai #Brantas itu yang benar adalah Jembatan Pélêr, bukan Pelor. Atau jika diucapkan bernama Jembatan Peler.
Baca Juga : Bingung Titipkan Anak? Ada Aplikasi Khusus Daycare di Kota Malang
"Sejak kecil di daerah Lowokwaru tahun 1970-an, namanya sudah demikian. Kata “pélêr” berasal dari bahasa Belanda pijler yang artinya titik tumpuan," ungkap Raymond melalui akun Twitter-nya, @raymond_valiant.
Menurut Raymond, Jembatan Pélêr dulu merupakan perlintasan lori (kereta kecil) tebu milik PG Kebon Agung. "Jalurnya mulai dari Samaan, melintas Kali Brantas, lewat di atas Jalan Slamet Riadi (Oro-oro Dowo), melintas di Jalan Jakarta (sekarang Taman Kunang-Kunang) ke selatan sampai pemakaman Sukun," jelasnya.
Lebiy lanjut, Raymond menyebut PG Kebon Agung dulunya membangun jalur lori, termasuk Jembatan Pélêr, setelah mendapat konsesi lahan tebu di sekeliling Kota Malang.
"(Yakni) Pasca-akuisisi dari pemilik perseorangan bernama Tan Tjwan Bie oleh NV Landbouw Maatschapij Tiedeman & van Kerchem pada tahun 1917," ungkapnya.
Baca Juga : Hasil Survei, Ini Pertimbangan Warga +62 Saat Tentukan Tanggal Pernikahan
Demikian asal usul jembatan yang baru direnovasi untuk pengendara sepeda motor tersebut.
Seperti diketahui, Jembatan Pélêr direnovasi sekitar akhir 2022 lalu. Jembatan yang sebelumnya hanya memiliki lebar 1,9 meter kini telah diperluas hingga 3,9 meter. Bahkan jembatan itu juga memberikan ruang untuk pejalan kaki.