MALANGTIMES - Malang memiliki banyak sekali pemakaman yang dikeramatkan. Rata-rata makam tersebut merupakan makam tokoh-tokoh yang pernah berjasa di masa-masa berdirinya Malang Raya.
Sebagai bentuk penghormatan, banyak peziarah berdatangan. Bahkan di hari tertent, para peziarah memanjatkan doa-doa khusus mengharapkan keberkahan di makam tersebut. Berikut empat makam yang paling dikeramatkan orang selain makam di pesarean Gunung Kawi.
1. Makam Ki Ageng Gribig

Ki Ageng Gribig merupakan salah satu tokoh yang dioercaya sebagai salah seorang yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Malang. Namanya sempat tersohor di tahun 1600-an. Kompleks makam Ki Ageng Gribig terletak di jJalan Ki Ageng Gribig Gang II, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang.
Tak hanya makam Ki Ageng Gribig. Dalam kompleks makam tersebut, terdapat pula makam para bupati Malang yang pernah memerintah pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20. Salah satunya, terdapat makam R.A.A Notodiningrat, bupati pertama Malang.
Pada malam-malam tertentu, terutama malam Jumat Legi, selalu saja ada peziarah yang meramaikan makam tersebut. Berbagai berkah tentu mereka harapkan, mulai keselamatan, penglarisari, gampang rezeki, hingga kebahagiaan lahir batin.
2. Makam Mbah Batu

Tempat yang sering dikunjungi untuk berziarah adalah kompleks Mbah Wastu atau Mbah Batu di Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Di tempat wisata religi atau wisata ziarah Mbah Batu, terdapat empat makam. Yaitu Syekh Abu Ghonaim atau Pangeran Rojoyo, Dewi Mutmainah, Dewi Condroasmoro (Mbah Tu), dan Kiai Naim. Beliau berempat adalah tokoh penyebar agama Islam di daerah Batu dalam periode tahun yang sama.
Makam Wali Allah Syech Gonaim atau Mbah Mbatu atau Mbah Wastu merupakan tempat yang penting. Beberapa pemuka masyarakat setempat mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kiai Gubug Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu.
3. Makam Mbah Reso

Uniknya, makam ini terdapat di pemakaman umum dan tidak terpisah seperti halnya makam-makam keramat lain. Makam tersebut adalah makam Mbah Reso, seorang tokoh masyarakat Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen. Mbah Reso merupakan sesepuh dan juga “tokoh penting” di Desa Jenggolo.
Konon, Mbah Reso adalah seorang prajurit Mataram yang ikut berperang melawan kompeni bersama Pangeran Diponegoro. Nah, karena ilmu dan kemampuan yang dimilikinya, Mbah Reso dijadikan seorang tokoh penting Desa Jenggolo. Syarat wajib yang harus dilakukan sebelum berziarah di makam Mbah Reso adalah berwudhu terlebih dahulu.
4. Makam Mbah Sogol Gondanglegi

Menurut cerita, Mbah Sogol merupakan salah satu pejuang kemerdekaan dan memiliki garis keturunan Pangeran Diponegoro. Lantaran cerita tersebut, makam Mbah Sogol di Gondanglegi kerap dikunjungi para peziarah.
Cerita yang beredar secara turun-temurun mengungkapkan bahwa Mbah Sogol memiliki keahlian khusus saat memasak. Keunikan tersebut adalah memasak dengan menggunakan bambu dan cara ini tentunya tidak lazim dilakukan oleh masyarakat dahulu. Setelah wafat pada tahun 1919, Mbah Sogol dimakamkan di Gondanglegi, Kabupaten Malang, dan hingga kini makamnya merupakan salah satu tempat wisata ziarah yang diminati masyarakat. (*)