Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Pahlawan Abdul Manan Wijaya Hidup Kembali di Stadion Kanjuruhan Kepanjen

Penulis : Nana - Editor : Lazuardi Firdaus

17 - Aug - 2017, 21:44

Placeholder
Pasukan Belanda dalam Agresi Militer I dan II dalam sosiodrama perjuangan pahlawan asli Pujon, Malang yaitu Brigjen Abdul Manan Wijaya, di Lapangan Stadio Kanjuruhan Kepanjen, Kamis (17/08) (Nana)

MALANGTIMES - Dentuman dan letusan senjata dari para pria tinggi besar berseragam yang mengokangkan senjata, serta derap sepatu lars yang menghentak rumput Stadion Kanjuruhan Kepanjen, membuat pecah teriakan ketakutan puluhan orang yang berlarian di lapangan yang biasanya dipakai merumput kesebelasan Arema FC.

Baca Juga : Draft Sudah Final, Besok Pemkot Malang Ajukan PSBB

Suasana hiruk pikuk dan ketakutan tergambar dari raut puluhan orang yang terus dikejar dan ditangkap oleh para lelaki kekar bersenjata ini. Sirene mobil yang dinaiki beberapa pria bersenjata semakin membuat suasana mencekam.

Lapangan sepak bola Kanjuruhan dipenuhi tangisan, erangan serta bentakan dan letusan senjata yang terus memenuhi langit bumi Arema yang dibakar terik matahari, Kamis (17/08).

Seseorang dari gerombolan pria bersenjata, setelah menangkapi puluhan warga, mengibarkan bendera tiga warna. Bendera Belanda. 

Begitulah satu babak Sosiodrama perjuangan yang dimainkan oleh sekitar seribu orang dari berbagai unsur sebagai penutup upacara kemerdekaan dan pengibaran bendera merah putih yang disaksikan oleh ratusan peserta dan tamu undangan.

Pementasan Sosiodrama yang digawangi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) dan Kodim 0818 Kabupaten Malang ditujukan sebagai bentuk untuk mengenang keberanian seorang pahlawan asli Malang yang berasal dari Pujon yaitu Abdul Manan Wijaya.

Menurut Made Arya Wedhantara, Kadisparbud Kabupaten Malang, sosiodrama pahlawan Abdul Manan diangkat dalam pementasan kolosal, agar para pelajar lebih mengenal sosok pahlawan yang ada di Kabupaten Malang selain pahlawan lainnya.

"Mungkin banyak yang tidak mengetahui sosok pahlawan dari Malang ini. Karena itu kita tampilkan dalam moment upacara dan peringatan kemerdekaan ini," kata Made Arya, Kamis (17/08) setelah acara selesai.

Abdul Manan Wijaya yang bernama asli Rumpoko  lahir di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon pada tahun 1910. Ayahnya adalah seorang mandor jalan. 

Berpangkat terakhir sebagai Brigadir Jendral (Brigjen), Abdul Manan dikenal sebagai seorang ahli strategi perang di jamannya. Hal ini terlihat saat pasukan Belanda melancarkan Agresi Militer I dan II, seperti yang ditampilkan dalam sosiodrama di Stadion Kanjuruhan Kepanjen.

Abdul Manan (tengah) saat berdiskusi dengan para ulama dan tentara dalam menyusun strategi penyerangan terhadap Belanda (Nana)

Abdul Manan yang saat itu berpangkat Mayor, memiliki tugas mengorganisir pasukan Batalyon II yang berkedudukan di daerah Kawedanan Pujon. "Keahliannya dalam berstrategi, seringkali membuahkan kemenangan-kemenangan perang bagi Indonesia saat itu," ujar Made Arya.

Keahlian strategi perang yang ditunjang dengan kemampuan negosiasi handal, membuat Abdul Manan yang pertama kali bergabung dengan PETA, dihadirkan dalam sosiodrama.

Baca Juga : Hari ke 2 Proses Pencarian Pendaki Hilang karena Kesurupan, Puluhan Personel Dikerahkan

Di babak kedua, Abdul Manan hadir di tengah lapangan dan berdiskusi dengan beberapa tokoh lainnya dalam menyusun strategi perlawanan terhadap Belanda setelah mereka menahan dan menyiksa puluhan warga.

Kejituannya dalam strategi perang terlihat saat pasukan Belanda dan para pejabat tingginya sedang berpesta dansa dan sebagian prajurit larut dalam minuman keras, dijadikan waktu tepat pasukan di bawah komando Abdul Manan melalukan penyerangan.

Tak ayal, pasukan Belanda dan para pejabatnya pontang panting saat terjadi serbuan tentara Indonesia. Alhasil, kemenangan diraih oleh pasukan Abdul Manan.

Penyerangan yang ditampilkan dalam sosiodrama tersebut, terlihat sebagai cuplikan sejarah saat pasukan Abdul Manan melakukan penyerangan pasukan Belanda di Desa Pandesari.

"Peristiwa itu hampir membuat KTN (Komite Tiga Negara) menjatuhkan sanksi pada TNI. Tapi, Abdul Manan yang saat itu berpangkat Mayor dengan negosiasinya mampu menghindarkan sanksi tersebut," ucap Made Arya.

Brigjen Abdul Manan yang dimakamkan di Desa Sisir, Kecamatan Batu, atas permintaannya sendiri, karena tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawa, adalah sosok pahlawan yang patut dicontoh kiprah perjuangannya dan terus dikenang jasa-jasanya bagi bangsa dan negara Indonesia, khususnya masyarkat Kabupaten Malang.

"Dan, namanya pun akhirnya diabadikan menjadi nama sebuah jalan raya di Kecamatan Pujon, yakni Jalan Abdul Manan, yang membentang di sepanjang daerah Pujon sampai kini," ucap penata cerita sosiodrama tersebut.


Topik

Peristiwa Pahlawan-Abdul-Manan-Wijaya Stadion-Kanjuruhan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Nana

Editor

Lazuardi Firdaus