Pemkot Blitar kian serius merealisasikan Museum PETA di Bumi Bung Karno. Rencananya, pemkot bakal mendatangkan benda-benda bersejarah peninggalan zaman penjajahan Belanda dan Jepang, terutama yang digunakan tentara PETA di masa perjuangan.
Museum PETA tersebut akan menempati kompleks Monumen PETA di Jalan Soedanco Soeprijadi, atau depan TMP Raden Wijaya. Kini di kompleks monumen itu terdapat tiga bangunan sekolah menengah pertama negeri (SMPN) yakni SMPN 3 Blitar, SMPN 5 Blitar, dan SMPN 6 Blitar. Bangunan sekolah di kompleks tersebut merupakan cagar budaya peninggalan zaman penjajahan Belanda. Di masa pendudukan Jepang, tempat ini pernah menjadi markas tentara PETA di Blitar.
“Sesuai rencana eks atau bekas bangunan SMPN 3 Blitar akan dijadikan museum PETA. Sebab, SMPN 3 Blitar nantinya dipindahkan di wilayah Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjenkidul. Bahkan rencana awal dulu, andaikan proses pembangunan SMPN 3 Blitar lancar, di situ sudah siap dibangun museum PETA,” ungkap Plt Wali Kota Blitar, Santoso.
Dijelaskannya, sejumlah benda-benda bersejarah peninggalan zaman penjajahan Belanda dan Jepang, terutama yang digunakan tentara PETA sudah disiapkan. Benda-benda itu berupa alat persenjataan berat seperti tank hingga pesawat terbang. “Alat persenjataan merupakan bantuan dari panglima yang diperbantukan. Termasuk juga peninggalan Supriadi yang masih ada,” katanya.
Dengan adanya alat persenjataan itu di Museum PETA, bisa menjadi objek pengetahuan sejarah pemberontakan tentara PETA. Museum itu akan menjadi satu rangkaian wisata sejarah lain. “Misalnya seperti monumen Potlot di TMP Raden Wijaya,” ujarnya.
Pemkot menargetkan rencana pembangunan Museum PETA itu dilakukan setelah pembangunan SMPN 3 Blitar selesai.(*)
