Tak Ingin Kayutangan Jenuh, Ketua DPRD Kota Malang Dorong DKM Gelar Pertunjukan

Reporter

Riski Wijaya

Editor

A Yahya

27 - Dec - 2025, 03:49

Penampilan seni tari di DKM Malang.(Foto: Istimewa).

JATIMTIMES - Denyut wisata Kayutangan Heritage terus menguat. Namun di balik ramainya kunjungan, muncul satu kekhawatiran: kejenuhan. Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, pun melempar gagasan besar, mengoneksikan Dewan Kesenian Malang (DKM) dengan Kayutangan Heritage menjadi kawasan wisata seni budaya terintegrasi di jantung kota.

Menurut Amithya, integrasi DKM dan Kayutangan bukan sekadar penataan kawasan, melainkan upaya membangkitkan kembali ruh seni budaya Kota Malang. Di saat yang sama, langkah ini diharapkan mampu menghadirkan manfaat nyata bagi kesejahteraan para pelaku seni dan budaya.

Baca Juga : Parkir Vertikal Kayutangan Bakal Diuji Saat Tahun Baru, Gratis

Ia menilai Kayutangan Heritage saat ini sudah menjadi ikon wisata favorit, namun rentan mengalami titik jenuh karena keterbatasan ruang dan kepadatan pengunjung. “Jangan sampai Kayutangan Heritage yang animonya sudah sangat baik justru menjadi titik jenuh. Lokasinya pendek dan crowded sekali. Jangan sampai orang datang tapi tidak bisa menikmati apa yang sebetulnya bisa dinikmati,” ungkap Amithya.

Di balik hiruk-pikuk Kayutangan, Amithya melihat potensi besar yang selama ini kurang tersorot. Tepat di Jalan Majapahit, berdiri DKM yang juga menjadi rumah bagi seniman, budayawan, hingga berbagai sanggar seni yang aktif menghidupkan denyut kebudayaan Kota Malang.

Letaknya yang hanya sepelemparan batu dari Kayutangan Heritage menjadi nilai strategis tersendiri. Wisatawan bahkan cukup berjalan kaki untuk menjangkaunya.

“Saya sudah sampaikan ke Pak Wali Kota, sebetulnya kita punya potensi luar biasa. DKM itu dekat sekali dengan Kayutangan Heritage, dan seharusnya bisa menjadi satu kesatuan,” ujarnya.

Amithya membayangkan DKM tak hanya menjadi ruang berkesenian, tetapi tampil sebagai destinasi utama dengan pertunjukan seni budaya yang terjadwal rutin dan dipromosikan secara masif. Bahkan, DPRD siap mendukung jika diperlukan pemugaran atau pembangunan gedung DKM agar mampu menampung lebih banyak wisatawan.

Baca Juga : Pengging di Hulu Bengawan Solo: Benteng Terakhir Majapahit, Mistik Jawa, dan Produksi Sejarah Pemenang

Jika terealisasi, konektivitas DKM–Kayutangan diyakini akan melahirkan kawasan wisata unggulan di pusat Kota Malang, dengan kekuatan utama pada pertunjukan seni dan kekayaan budaya Nusantara. “Di beberapa daerah seperti Bali dan Yogyakarta sudah punya jadwal khusus seni pertunjukan. Saya berharap Malang juga punya ciri khas seperti itu,” tuturnya.

Amithya juga menyoroti banyaknya kekayaan seni budaya lokal yang belum terekspos luas. Menurutnya, potensi tersebut perlu digali, dikemas, dan diperkenalkan sebagai identitas kota.

Tak berhenti di DKM dan Kayutangan, gagasan integrasi kawasan wisata ini bahkan membuka peluang konektivitas lebih luas. Mulai dari Wisma Tumapel, Alun-Alun Tugu, Balai Kota Malang, hingga Stasiun Kota Malang, dapat dirangkai menjadi satu jalur wisata heritage dan budaya. “Ini bisa menjadi daya tarik yang sangat bagus bagi Kota Malang,” tandasnya.