SMAN 3 Malang Klarifikasi Isu Bullying: Tak Ada Pembiaran, Masalah Sudah Tuntas Lewat Forum Kekeluargaan

Editor

Dede Nana

19 - Nov - 2025, 09:08

Ilustrasi tindakan bullying di sekolah (ist)

JATIMTIMES - SMA Negeri 3 Malang buka suara soal isu bullying yang sempat menyeret nama sekolah itu ke ruang publik. Narasi pemberitaan yang beredar sebelumnya terdengar bising, di mana terdapat siswa yang dirundung, sementara pihak sekolah disebut hanya menonton. Pihak sekolah pun menepis tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa, persoalan sudah dibahas tuntas melalui forum kekeluargaan serta penanganan internal yang sesuai prosedur.

Kepala SMA Negeri 3 Malang, Sasongko mengatakan informasi yang sempat viral itu tidak menggambarkan fakta lapangan. Ia menegaskan, siswa-siswa yang disebut terlibat sudah dipanggil satu per satu, diklarifikasi, dan diselesaikan melalui mekanisme sekolah. Pihak yang dikabarkan sebagai korban pun sudah menerima hasil proses tersebut.

Baca Juga : Heboh Perempuan Didakwa atas Aksi Mencium Jin BTS di Acara Free Hug

“Semua sudah kami selesaikan. Anaknya juga sudah bisa menerima. Tidak benar kalau sekolah diam saja,” ujarnya, memastikan SOP anti-bullying berjalan sebagaimana mestinya, Rabu (19/11/2025) malam.

Setelah persoalan bullying itu dibereskan, barulah pihak sekolah memaparkan konteks yang membuat cerita ini makin melebar, terkait kepindahan siswa. Ia menegaskan bahwa tidak masuknya siswa untuk masuk sekolah bukan semata akibat bullying seperti yang digambarkan sebagian pihak, melainkan karena siswa tidak merasa cocok dengan pilihan jenjang pendidikan yang diputuskan keluarganya.

"Apalagi yang terkait tanda tangan siswa yang diramaikan, itu tanda tangan bukti konseling dan sudah kita tunjukkan orang tuanya. Anaknya juga mengakui diminta tandatangan sebagai bukti home visit konseling atau pembinaan, bukan untuk mundur, nggak ada itu," katanya.

Siswa yang disebut sebagai korban rupanya sejak awal memang ingin bersekolah di SMK, bukan SMA. Keinginan itu tidak sejalan dengan keputusan keluarga yang mendaftarkannya ke SMA. Ketidaksinkronan inilah yang kemudian memunculkan keengganan siswa untuk masuk sekolah.

“Anaknya memang dari awal ingin ke SMK. Orang tua dan kakaknya yang mendaftarkan ke SMA. Kami sudah kumpulkan semuanya, dan sudah sepakat: kalau mau pindah ke SMK, harus mengulang tahun depan,” jelas Sasongko.

Baca Juga : Ada Masalah dengan MBG? Lapor ke 127, Begini Caranya

Sedang dua siswa lainnya, juga memiliki keinginan untuk pindah sekolah. Satu siswa memilih pindah karena jarak rumah yang terlalu jauh dan ingin belajar di sekolah yang lebih dekat. Sementara yang satunya lagi harus mengikuti orang tuanya yang berpindah kota.

Lebih lanjut, situasi makin ramai setelah beberapa pihak, yang menurutnya organisasi kemasyarakatan datang tanpa konfirmasi awal. Pihak sekolah mengaku sempat bingung karena masalah sudah diselesaikan sebelumnya melalui forum keluarga. Semua catatan dan proses, kata Sasongko, siap dibuka bila diperlukan.

Ia kembali menegaskan bahwa sekolah memiliki SOP penanganan bullying yang berjalan rutin, mulai dari edukasi pencegahan hingga pemanggilan orang tua bila ada laporan. Anggapan pembiaran, menurutnya, tidak berdasar.