STIE Malangkucecwara Resmi Berangkatkan Tim Sakaresek ke Final KMI Expo XVI
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
17 - Nov - 2025, 07:08
JATIMTIMES - Angin kompetisi wirausaha nasional kembali membawa nama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara terbang tinggi. Tim mahasiswa yang menamai diri mereka Sakarasek resmi dilepas menuju Final Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) di ajang Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XVI, Senin, (17/11/2025).
Dari ribuan proposal yang masuk, mereka berhasil menyelinap naik hingga masuk jajaran terbaik nasional, sebuah perjalanan yang lahir dari kreativitas, bimbingan akademik, dan kerja tim yang solid.
Baca Juga : Pendakian Arjuno-Welirang Ditutup karena Cuaca Ekstrem, Jalur Ini yang Masih Dibuka
Wakil Ketua III STIE Malangkucecwara, Dr. Drs. Kadarusman, Ak., MM., menyampaikan rasa syukur sekaligus bangga atas capaian tim tersebut. Ia menegaskan bahwa perjalanan panjang dari seleksi awal hingga tahap final merupakan pencapaian yang tidak main-main.
“Kita bersyukur, tim P2MW STIE Malangkucecwara ini berhasil lolos dari lebih dari dua ribu proposal, menyusut menjadi 700, lalu 100 hingga akhirnya masuk ke tingkat nasional. Hari ini, saya bersama Wakil Ketua II, secara resmi melepas mereka berangkat ke Magelang,” ujarnya saat diwawancarai Senin Sore, (17/11/2025).

Kadarusman membeberkan bahwa faktor utama yang membentuk tim seperti Sakarasek adalah kurikulum kampus yang memang dirancang untuk memantik kreativitas mahasiswa. Ia menyebut dua pilar utama yang menjadi mesin penggerak kewirausahaan di kampus: mega creativity dan mata kuliah kewirausahaan.
Mega creativity menjadi ruang eksplorasi ide dan inovasi, sedangkan mata kuliah kewirausahaan, yang digarap melalui kerja sama dengan platform dari India, menantang mahasiswa untuk memproduksi karya fungsional yang kreatif, bermanfaat, dan bisa diterapkan masyarakat.
Meski belum memiliki organisasi mahasiswa khusus bidang wirausaha, Kadarusman memastikan bahwa pendekatan berbasis kurikulum membuat seluruh mahasiswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan ide bisnis. Menurutnya, kesinambungan pembinaan lebih mudah terjaga ketika prosesnya terintegrasi langsung ke pembelajaran formal.
Saat bicara soal harapan, Kadarusman tidak basa-basi. Ia menyebut tujuan utama kompetisi tetaplah menjadi yang terbaik. “Dalam kompetisi, harapan kami adalah to be the winner. Tetapi masuk ke tahap ini saja sudah menjadi bentuk kemenangan untuk tim Sakarasek,” ujarnya tegas.
Namun, kemenangan bukan satu-satunya pesan yang ia titipkan. Baginya, yang lebih penting adalah marwah kampus, nilai, sikap, dan etika mahasiswa STIE Malangkucecwara, harus terjaga di mana pun mereka berada. Ia meminta tim untuk menunjukkan teamwork, thoughtfulness, dan integritas di setiap langkah.
Mengenai produk Sakarasek, Kadarusman menjelaskan bahwa karya mereka masih berada pada tahap branding dan uji coba. Meski begitu, kampus sudah melihat peluang penggunaan produk sebagai merchandise dalam berbagai kegiatan internal. Potensi komersialisasi tetap terbuka seiring perkembangan inovasi tim.
Untuk diketahui, Sakaresek tumbuh dari keresahan sederhana tentang tumpukan sampah plastik yang semakin menggunung dan sulit terurai, lalu berkembang menjadi gerakan kreatif yang berpijak pada ide from trash to blessing. Tim ini mengolah tutup-tutup botol bekas yang biasanya berakhir di tempat pembuangan menjadi bros, gantungan kunci, dan berbagai aksesori penuh warna yang membawa pesan kuat tentang keberlanjutan. Mereka membangun markas kecil di Desa Mulyoagung, Kabupaten Malang, tepat di sebelah TPS 3R, pusat pengolahan sampah terbesar di daerah itu, yang membuat mereka leluasa mendapatkan bahan baku sekaligus dekat dengan isu yang mereka perjuangkan.
Baca Juga : Pedoman Resmi Hari Guru Nasional 2025: Tema, Filosofi Logo, dan Link Download Resmi
Proses produksi mereka dikerjakan dengan cara yang ramah lingkungan. Setiap potongan plastik dipanaskan, dibentuk, lalu dipoles menggunakan teknik tanpa bahan kimia berbahaya. Pewarnaan eco-friendly diterapkan agar aksesori yang dihasilkan tetap mengilap, kuat, dan aman digunakan. Dengan teknik tersebut, satu sesi pemanasan selama sekitar lima menit mampu menghasilkan sepuluh produk sekaligus, menjadikan prosesnya efisien dan konsisten.
Harga produk Sakaresek dirancang tetap terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp20.000 per item, sehingga bisa dinikmati berbagai kalangan. Selain menjual produk, mereka membawa misi sosial melalui program Swatco (Swapping Trash with Cooler), yakni gerakan menukar sampah plastik dengan aksesori buatan mereka. Program ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan mahasiswa, terutama dalam kegiatan kampus seperti wisuda, bazar lingkungan, serta berbagai acara edukasi.
Meski baru berdiri sejak Mei 2025, tim ini menunjukkan perkembangan signifikan. Arah geraknya bukan sekadar memenuhi kebutuhan kompetisi, tetapi membangun ekosistem daur ulang yang membumi dan relevan bagi masyarakat. Hingga saat ini, mereka telah menjangkau lebih dari 661 konsumen yang ikut menikmati karya dan gagasan ekologis yang mereka usung.
