Momen Unisma Bersholawat: Rektor Beberkan Rutinitas Bacaan 24.000 Salawat Tiap Hari
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
16 - Nov - 2025, 03:40
JATIMTIMES - Di Universitas Islam Malang (Unisma), salawat bukan sekadar lantunan. Salawat seperti penghuni tetap yang mendirikan kemah di setiap sudut kampus.
Dari ruang kuliah hingga tangga fakultas, dari pagi hingga petang, sekitar 24.000 bacaan salawat mengalir tanpa jeda setiap harinya. Tradisi itu mengendap dalam atmosfer akademik Unisma, hidup, konstan, dan tak pernah absen.
Baca Juga : Kapan Libur Semester Ganjil 2025/2026? Ini Jadwalnya Lengkap dengan Prediksi UAS
Rektor Unisma Prof Drs H Junaidi MPd PhD mengungkap fakta itu di hadapan ribuan jemaah dalam gelaran Unisma Bersholawat bersama Majelis Maulid Watlim Riyadhul Jannah, Sabtu malam (15/11/2025). Ia menggambarkan bagaimana 4.000 mahasiswa aktif secara kolektif menjaga irama salawat, membuka dan menutup setiap sesi perkuliahan dengan Salawat Nuril Anwar.

Hitungannya sederhana, tapi getarannya besar: setiap perkuliahan dari berbagai fakultas terdapat 8.000 bacaan salawat. Dan dengan minimal tiga mata kuliah per hari, kampus ini berdenyut dengan 24.000 doa pencahaya yang terus memberikan keberkahan. "Kita ada 4.000 mahasiswa di awal dan di akhir selalu membaca salawat, maka totalnya ada 8000. Dan ini dikalikan tiga, maka totalnya 24 ribu," jelasnya.
Di hadapan jemaah, Prof Junaidi menegaskan kembali identitas kampus yang tak bisa dilepaskan dari akarnya. “Universitas Islam Malang adalah kampus Nahdlatul Ulama. Panjenengan semua sebagai warga Nahdliyin berarti adalah pemilik hakiki kampus ini. Kami hanyalah yang diberi amanah untuk menjalankan proses pendidikannya,” ujarnya mantap.
Seruan untuk menjaga dan membesarkan kampus pun ia lontarkan tanpa retorika rumit. “Sebagai pemilik, tentu panjenengan mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan Unisma. Sanggup, Bapak Ibu? Sanggup?” Pekikan itu disambut takbir dan anggukan penuh keyakinan.
Ia berharap aliran salawat yang tak pernah berhenti ini menjadi pagar keberkahan. “Dengan bacaan salawat ini, mudah-mudahan Unisma terus berkembang, warganya mendapat kemudahan, rezeki dilancarkan, dan musibah dijauhkan,” doanya, lirih namun tegas.

Gelaran semakin hidup ketika KH Imam Ma’ruf dari Pondok Pesantren Anwarul Islam Kepanjen mengambil mikrofon. Dengan logika sederhana namun menghujam, ia mengurai ajaran cinta Rasul ala Imam Al-Ghazali: mencintai Al-Quran, mencintai nabi, mencintai sunah, mengarahkan hati pada akhirat, serta memandang dunia secukupnya. Kajiannya, yang dibumbui humor pesantren, membuat jemaah tersenyum sambil merenung.
Baca Juga : Gubernur Khofifah: Syaikhona Kholil adalah Sumber Cahaya Spiritual dan Intelektual
Baginya, Unisma adalah contoh institusi era modern: memerlukan profesionalitas, biaya, dan SDM unggul demi menjawab tantangan zaman. Karena itu, ia mengajak jamaah menitipkan putra-putrinya kuliah di kampus tersebut. “Kalau ingin profesional, ya monggo putrane dimasukkan Unisma. Barokah insyaallah,” ujarnya.
KH Imam Ma’ruf juga memuji tradisi salawat Unisma yang mencapai 24 ribu kali sehari, energi spiritual yang menurutnya selaras dengan misi majelis-majelis shlawat di pesantren. Di matanya, Unisma bukan hanya kampus. Ia adalah titik temu antara ilmu, doa, dan keberkahan, tempat salawat tak sekadar dilantunkan, tetapi benar-benar tinggal dan menetap.
