BEN Carnival Jadi Panggung Budaya Indonesia, Wali Kota Blitar: Etalase Ekonomi Kreatif, Nasionalisme, dan Multikulturalisme
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
23 - Aug - 2025, 03:44
JATIMTIMES – Dentuman kendang, tabuhan gamelan, dan sorak riuh penonton di sepanjang Jalan Merdeka hingga Jalan Ahmad Yani menandai pembukaan 4th Blitar Ethnic National (BEN) Carnival 2025, Sabtu (23/8/2025). Kota Blitar, yang kerap disebut sebagai kota proklamator, kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu episentrum kebudayaan Nusantara.
Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, dalam sambutannya menyebut gelaran BEN Carnival sebagai "etalase ekonomi kreatif, nasionalisme, dan multikulturalisme." Ia menegaskan, tahun ini BEN Carnival terasa istimewa karena bertepatan dengan peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Baca Juga : Harmoni Kekeluargaan Pesta Rakyat PR Furoda dan Filosofi Rumah Kedua
“BEN Carnival bukan sekadar parade busana dan tarian. Ini adalah wujud rasa syukur sekaligus ikhtiar membangun ekonomi kreatif, memperkokoh nasionalisme, dan menanamkan wawasan kebangsaan lewat seni budaya,” ujar Mas Ibin dalam pidato pembukaannya.
Momentum 80 Tahun Merdeka
Perbedaan paling mencolok dari gelaran tahun-tahun sebelumnya adalah penempatan waktu acara. Bila biasanya BEN Carnival digelar pada bulan tertentu dalam kalender pariwisata, kali ini panitia memilih Agustus, bulan kemerdekaan. Menurut Mas Ibin, keputusan ini sarat makna.
Ia mengutip pesan Bung Karno, pendiri bangsa sekaligus Proklamator Republik, yang menekankan pentingnya nasionalisme Indonesia yang inklusif. “Bukan Jawa, bukan Sumatra, bukan Kalimantan atau Sulawesi. Tapi orang Indonesia. Itulah fondasi persatuan kita,” ucapnya.
Tema “The Magnificent of Indonesia” dipilih untuk menegaskan wajah Kota Blitar sebagai kota yang terus bergerak maju, tanpa melupakan akar budaya.

Inovasi Tata Panggung dan Kualitas Pertunjukan
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Blitar, Edy Wasono, menuturkan sejumlah inovasi dilakukan agar penyelenggaraan tahun ini berbeda kualitas. Panggung utama misalnya, kini didesain lebih representatif sehingga penonton, terutama tamu VVIP dan VIP, dapat menyaksikan pertunjukan dengan pandangan utuh.
“Arah panggung kami ubah dari barat ke timur sehingga lebih proporsional. Kami juga menghadirkan tamu kehormatan, mulai dari Putri Indonesia Favorit 2017 asal Blitar, Fatma Ayu Husnasari, duta lingkungan nasional, duta pariwisata Jawa Timur, hingga artis lokal Irene Gea dari Tulungagung,” ujar Edy.
Dari sisi jumlah peserta, panitia menargetkan 38 provinsi, namun realisasi melampaui harapan: 43 kontingen tampil, termasuk lima kelompok seni khas Jawa Timur. Hal ini disebut Edy sebagai bukti meningkatnya magnet BEN Carnival di mata pelaku seni budaya Nusantara.
Dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh hingga Papua
Sepanjang rute karnaval, penonton disuguhkan beragam kostum dan koreografi yang menampilkan kekayaan budaya Indonesia. Kostum-kostum megah dengan hiasan etnik dan warna-warna mencolok menghadirkan suasana karnaval layaknya panggung besar yang memadukan tradisi dan kreativitas modern.
Mas Ibin menyebut pertunjukan ini sebagai perayaan sekaligus pengingat akan pentingnya kebhinnekaan. “Hari ini kita tampilkan budaya dari Aceh sampai Papua. Dari Sabang sampai Merauke, kita tunjukkan bahwa Indonesia bangsa besar dengan budaya luar biasa,” tegasnya.

Investasi Budaya, Identitas Bangsa
Kemeriahan itu mendapat apresiasi khusus dari Kementerian Kebudayaan RI. Direktur Film, Musik, dan Seni, Dr. Syaifullah Agam, yang hadir mewakili Menteri Kebudayaan, menyebut BEN Carnival sebagai investasi budaya.
“Setiap kostum dan setiap tarian adalah cermin identitas kita sebagai bangsa majemuk. Kebudayaan adalah jiwa kita, pondasi yang menyatukan keberagaman. Lewat festival seperti ini, kita bukan hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menegaskan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia berdaulat dan maju karena persatuan,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan posisi Blitar sebagai kota historis. “Blitar adalah tanah di mana Bung Karno dimakamkan. Dengan warisan sejarah ini, BEN Carnival memiliki legitimasi kuat untuk terus tumbuh menjadi salah satu festival budaya terpenting di Indonesia,” ujarnya.
Etalase Ekonomi Kreatif
Selain dimensi kebudayaan, acara ini juga memberi dampak nyata bagi sektor ekonomi. Pedagang kaki lima, pelaku UMKM kuliner, hingga para perajin busana ikut merasakan manfaat dari keramaian pengunjung yang datang menyaksikan karnaval.
Mas Ibin menegaskan, BEN Carnival bukan hanya pesta budaya, melainkan etalase ekonomi kreatif. “Kita ingin masyarakat melihat bahwa seni budaya bisa memberi nilai tambah ekonomi. Kreativitas warga, dari kostum, tata rias, hingga kuliner khas, semuanya berkontribusi,” katanya.
Pernyataan itu diamini Edy Wasono. Ia menambahkan, konsep “lebih kualitas daripada kapasitas” yang diusung tahun ini justru berdampak positif pada sektor ekonomi lokal. “Bukan sekadar ramai-ramai, tapi benar-benar memberi ruang bagi seniman dan UMKM untuk unjuk karya dengan standar lebih baik,” ucapnya.
Ruang Pewarisan dan Edukasi
Di balik gegap gempita, BEN Carnival juga dimaknai sebagai ruang pewarisan budaya bagi generasi muda. Sekolah-sekolah di Blitar dilibatkan dalam rangkaian kegiatan, baik sebagai penampil maupun penonton edukatif.
Baca Juga : Lestarikan Warisan Leluhur, PKDI dan Forkopimcam Duduksampeyan Gresik Gelar Wayang Kulit
Mas Ibin menekankan bahwa pembangunan kota tak boleh tercerabut dari akar budaya. “Blitar boleh maju dan berkembang, tapi kemajuan itu tidak boleh melupakan jati diri bangsa yang adiluhung,” ujarnya.
Festival ini sekaligus menjalankan amanat Trisakti Bung Karno: berkepribadian dalam kebudayaan. Dengan begitu, pembangunan Kota Blitar tidak sekadar mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menanamkan karakter dan identitas bangsa.

Rute Baru, Semangat Baru
Satu lagi yang membedakan tahun ini adalah perubahan rute. Jika sebelumnya peserta start dari kantor DPRD, kali ini dimulai dari Alun-Alun Blitar. Menurut Mas Ibin, perubahan ini bukan sekadar teknis, melainkan upaya menghidupkan kembali ruang publik kota. “Alun-Alun adalah jantung kota. Dari sini kita ingin masyarakat merasa memiliki dan menikmati kebudayaan,” katanya.
Partisipasi masyarakat luas semakin terasa dengan hadirnya kontingen dari Malang, Tulungagung, dan Kediri. Kehadiran mereka memperkaya kolaborasi budaya lintas daerah.
Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
Penyelenggaraan BEN Carnival juga menjadi bukti kolaborasi pemerintah, seniman, dan masyarakat. Aparat Satpol PP dan Dinas Perhubungan ikut mengawal kelancaran lalu lintas, sementara ribuan warga dengan tertib menikmati parade hingga akhir.
Edy Wasono menyebut keberhasilan acara tak lepas dari kerja kolektif. “Ada tim keamanan, ada panitia, ada sponsor, dan tentu masyarakat. Semuanya bekerja sama, sehingga kualitas penyelenggaraan meningkat pesat dibanding tahun lalu,” ujarnya.
BEN Carnival, Simbol 80 Tahun Merdeka dan Masa Depan Indonesia

BEN Carnival kini bukan lagi milik Blitar semata. Dengan semakin luasnya partisipasi, Kementerian Kebudayaan menilai festival ini merupakan investasi budaya yang penting dan berpotensi tumbuh menjadi salah satu agenda budaya besar di Indonesia.
Dalam penutup sambutannya, Mas Ibin mengajak seluruh masyarakat untuk terus mendukung acara tahunan ini. “Semoga kegiatan ini dapat dilaksanakan kembali tahun depan, dengan konsep yang lebih bagus, lebih kreatif, dan lebih meriah lagi,” katanya penuh optimisme.
BEN Carnival 2025 akhirnya menegaskan satu hal: Kota Blitar tak hanya kota sejarah, tetapi juga kota masa depan yang memadukan identitas budaya, nasionalisme, dan ekonomi kreatif.
Kemeriahan ini seakan menjadi refleksi perjalanan 80 tahun Indonesia merdeka. Bahwa di tengah arus globalisasi, jati diri bangsa justru semakin kuat jika terus dirawat lewat ruang-ruang budaya.
Seperti kata Mas Ibin, “Hari ini Blitar bukan hanya tampil, tetapi juga memberi contoh. Bahwa kemajuan dan kebudayaan bisa berjalan seiring, saling menguatkan, dan menjadi bekal menuju Indonesia yang lebih maju.”
