Kisah Nabi Nuh dan Kaumnya Berdasarkan Kitab Qashashul Anbiya

Reporter

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy

09 - Jul - 2023, 01:36

Ilustrasi bahtera besar milik Nabi Nuh. (Foto: Google)

JATIMTIMES - Cerita Nabi Nuh dan kaumnya menyimpan berbagai pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik oleh umat muslim. Lantas berikut ini dibagikan kisah Nabi Nuh berdasarkan kitab Qasashul Anbiya yang diterjemahkan oleh penulis dan pendiri Faktabahasa Erlangga Greschinov melalui akun Twitter-nya. 

Nama nasab Nabi Nuh adalah Nuh bin Lamik bin Mutawasyalakh bin Khanukh, yakni Idris bin Yazid bin Mahalayil bin Qinan bin Anusy bin Syits bin Adam alaihisalam. Nuh lahir 126 tahun setelah wafatnya Nabi Adam, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir.

Baca Juga : LIRA Malang Raya Desak Bupati Malang Terbitkan Perbup Atur Komite Sekolah

Namun ada riwayat lain yang menjelaskan dari Abu Salam. Ia berkata, "Saya mendengar Abu Umamah mengatakan bahwa ada seorang bertanya, "Wahai Nabi Allah, apakah Adam itu dulunya Nabi?", "Ya", jawab Nabi, "Berapa jarak Adam dan Nuh". Nabi menjawab, "Sepuluh abad".

Sementara itu, dalam hadis shahih Bukhari disebutkan bahwa jarak Adam dan Nuh adalah 10 abad. Orang pada masa itu masih murni memeluk tauhid (agama Islam). 

Dijelaskan bahwa Nabi Nuh diutus di saat manusia mulai terjatuh dalam kesesatan menyembah thaghut (berhala). Kaum Nabi Nuh dinamakan sebagai kaum Rasib.

Mengenai usia saat Nuh diutus sebagai Nabi, terdapat perbedaan pendapat para ulama. Ada yang berpendapat Nabi Nuh diutus saat berusia 50 tahun. Ada juga yang mengatakan 350 tahun. Ada yang mengatakan 480 tahun. Beberapa pendapat itu sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Allah juga berfirman dalam berbagai surat di Al-Quran mengenai Nuh dan kaumnya serta azab yang menimpa mereka berupa angin kencang. Juga bagaimana Allah menyelamatkan orang-orang yang bersama Nuh di dalam bahtera.

Allah berfirman, "Sungguh, telah kami utus Nuh kepada kaumnya ketika ia bersabda, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Sungguh aku takut engkau sekalian akan didatangi azab pada hari yang besar (kiamat). 

Para pembesar kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami melihat engkau berada dalam kesesatan yang nyata." Nuh menjawab, "Wahai kaumku, tidak ada padaku kesesatan melainkan aku adalah seorang rasul untuk semesta alam. Aku sampaikan pesan Tuhanmu dan nasihat, sesungguhnya aku mengetahui dari Allah apa-apa yang tak kamu ketahui. Dan apakah kamu terheran-heran dengan datangnya peringatan dari Tuhanmu dari seorang laki-laki dari kalanganmu agar dia memberikan peringatan, mudah-mudahan kamu bertakwa dan mendapatkan rahmat? Mereka mendustakannya dan kami selamatkan dia bersama orang yang menyertainya di dalam bahtera, dan kami tenggelamkan orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta hatinya." (al-Araf: 59-64)

Diriwayatkan juga sebelumnya bahwa telah lewat masa orang-orang saleh, kemudian datang mereka (kaum Nuh) dan menjadi tersesat karena menyembah berhala. Dan mereka berkata: "Jangan engkau meninggalkan tuhan-tuhanmu, yaitu meninggalkan wadd, suwa, yaguts, yauq, dan nasr." (QS Nuh: 23).

Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama-nama berhala itu berasal dari nama orang saleh pada zaman kaum Nabi Nuh usai mereka meninggal. Jadi, kala itu setan membisikkan kepada mereka untuk membuat patung di tempat-tempat pertemuan mereka dan memberi nama berhala tersebut dengan nama orang saleh itu.

Berhala yang muncul di kaum Nuh ini juga muncul di bangsa Arab. Dari Muhammad Qais, ia berkata, dulunya mereka merupakan orang-orang saleh yang hidup pada masa antara Adam dan Nuh. Setelah mereka meninggal, para sahabat mereka berkata, "Jika kita membuat patung mereka, itu akan membuat kita terdorong untuk beribadah karena mengingat mereka." 

Padahal awalnya maksud patung adalah sebagai pengingat agar beribadah kepada Allah. Namun malah disalahgunakan. 

Saat kaum Nabi Nuh yang saleh meninggal dan generasi berikutnya datang, maka generasi tersebut mulai menyembah patung itu dan meminta hujan. 

Nabi Nuh telah memperingatkan kepada para penyembah patung agar menyembah Allah di siang dan malam, sembunyi maupun terang-terangan. Tetapi itu semua tidak berhasil melunakkan hati para penyembah patung. Bahkan mereka tetap berada dalam kesesatan menyembah berhala.

Baca Juga : Dahsyatnya Salawat Nabi hingga Membuat Malaikat Munkar dan Nakir Kebingungan

Mereka juga mencela Nuh dan orang-orang beriman, serta berniat merajam dan mengusir mereka. Lantas Nabi Nuh merasa putus asa dan melihat bahwa tidak ada kebaikan pada kaumnya, bahkan kaumnya telah mendustakan dan menyakiti Nabi Nuh. 

Kemudian Nuh mendoakan azab bagi mereka dan Allah mengabulkannya. "Bangunlah bahtera itu dengan petunjuk dan wahyu dari Kami. Dan janganlah engkau membicarakan dengan-Ku mengenai orang zalim itu, sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan. (QS Hud: 37).

Setelah Allah mengabulkan doa Nuh, Allah memerintahkan Nuh menanam pohon untuk membangun bahtera itu selama 100 tahun, kemudian menebangnya selama 100 tahun, ada juga yang mengatakan selama 40 tahun.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan dari ats-Tsauri, "Bahtera Nuh terbuat dari jati, ada juga yang mengatakan dari kayu shanubar, sebagaimana dalam nash Taurat.

Ats-Tsauri mengatakan, Allah memerintahkannya membangun bahtera dengan panjang 80 hasta dan lebar 50 hasta. Qatadah mengatakan, panjang bahteranya 300 hasta dan lebar 50 hasta. Namun, Hasan al-Bashri mengatakan, panjangnya 600 hasta, lebar 300 hasta.

Allah juga memerintahkan Nuh di saat azab banjir itu akan turun agar membawa sepasang hewan ke bahtera tersebut dan membawa makanan dan kebutuhan untuk kelangsungan hidup anak-keturunannya. Juga membawa seluruh keluarganya, kecuali yang kafir.

Mengenai berapa orang yang ikut Nuh, ada beberapa perbedaan pendapat para ulama. Dari Ibnu Abbas, jumlahnya 80 orang. Namun dari Ka'ab, jumlahnya 72 orang. 

Allah memerintahkan Nuh untuk memuji Tuhannya yang telah menundukkan bahtera itu untuknya, sehingga ia dapat selamat dari azab tersebut dan telah jelas antara orang kafir dengan orang yang mengikutinya.

Berakhirlah banjir besar tersebut dan membinasakan orang-orang kafir. Berdasarkan riwayat hadis, banjir itu terjadi selama 6 bulan. Ada juga yang mengatakan 40 hari.

Setelah berakhir banjir besar tersebut, Nabi Nuh dan keturunannya melanjutkan kehidupan di Bumi.

"Maha suci Allah yang telah menundukkan ini semua untuk kami, padahal kami tak mampu menguasainya, sesungguhnya hanya kepada Tuhan kamilah tempat kembali." (QS Az-Zukhruf 12-14).