MALANGTIMES - Sastrawan Sapardi Djoko Damono berkesempatan hadir dalam Festival Pembaca Indonesia 2015 di bilangan Jakarta Selatan. Dalam acara tersebut beliau berbagi tips bagaimana cara menulis. Jika kebanyakan orang mengatakan mencari inspirasi untuk menulis, hal ini tidak berlakuk bagi Sapardi.
"Inspirasi itu jangan dicari. Anda jangan pergi ke pinggir kali untuk cari inspirasi. Enggak ada itu, gombal! Inspirasi itu ya niat insun, pasti jadi," kata Sapardi di Jakarta pada Sabtu (5/12/2015).
Baca Juga : Hari ke 2 Proses Pencarian Pendaki Hilang karena Kesurupan, Puluhan Personel Dikerahkan
Bagi Sapardi inspirasi itu adalah niat untuk menulis. Inspirasi berasal dari pengalaman dan buku yang pernah dibaca. Pergi ke tempat yang bagus dengan alasan mencari inspirasi akan sia-sia jika tidak ada niat yang kuat untuk menulis.
Sapardi juga menambahkan hindari menulis dengan emosi yang tidak stabil seperti sedang jatuh cinta, patah hati, atau marah. Menulis dengan emosi yang tidak stabil akan menghabiskan waktu lebih lama. Ia juga yakin orang yang sedang emosi tinggi atau marah tak akan bisa menulis dengan baik. Baik itu menulis puisi, cerpen, atau apapun.
"Kalau emosi tinggi jangan nulis, nanti puisinya tanda pentung semua, siapa yang bisa baca? Tenangkan dulu perasaannya. Ajak bicara emosinya, 'hei, saya mau nulis dulu, kamu menyingkir dulu', jadi harus ada jarak antara penyair dan apa yang akan disyairkan. Namanya jarak estetis," kata Guru Besar Pensiun (professor emeritus) UI itu.
Baca Juga : HMI Kisip Brawijaya Salurkan Bantuan APD dan Handsanitizer ke RS Saiful Anwar
Sapardi mengatakan bagaimana ia kecewa dengan karyanya yang ia tulis dengan emosi yang tidak stabil. “Saya saat menulis puisi Dongeng Marsinah itu dalam keadaan sangat marah makanya itu butuh waktu sampai tiga tahun untuk menyelesaikannya, bahkan sampai sekarang pun kalau saya membaca lagi puisi itu, saya masih marah dan ingin memperbaikinya,” ujar Sapardi. (*)
