Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Wisata

Upacara Adat di Malang Ini Jadi Satu dari Enam Upacara yang Selalu Dibanjiri Ribuan Wisatawan

Penulis : Hezza Sukmasita - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

01 - Feb - 2018, 17:53

Placeholder
Upacara Kasada

MALANGTIMES - Di Indonesia ada begitu banyak adat istiadat dari beragam suku.  Adat tersebut tak jarang dilakukan dengan ritual upacara yang unik. Ada begitu banyak upacara adat di Indonesia yang gelarannya mampu menarik wisatawan untuk datang berkunjung untuk sekadar menonton upacara tersebut. 

Berikut akan kami ulasa beberapa upacara adat yang unik hingga mampu menarik ribuan wisatawan untuk berkunjung, baik domestik mauoun mancanegara. 

1. Upacara Sekaten, Jogjakarta


Sekaten biasanya juga dikenal dengan Pasar Malam Sekaten. Ini disebabkan karena sebelum upacara Sekaten digelar, selalu diadakan pasar malam yang berlangsung satu bulan penuh. Tradisi Sekaten ini sudah dilakukan sejak abad 16.

Tradisi ini diadakan setahun sekali, yakni di bulan Maulud atau bulan ketiga dalam perhitungan kalender Jawa. Lokasi yang digunakan untuk menggelar acara Sekaten ini adalah di pelataran Alun-Alun Utara Jogjakarta.
Berdasarkan asal usulnya, kata Sekaten yang menjadi nama upacara tersebut berasal dari istilah Syahadatain, yang dalam Islam dikenal sebagai kalimat tauhid. Upacara Sekaten dilakukan dengan mengeluarkan kedua perangkat gamelan sekati dari keraton, yaitu gamelan Kyai Gunturmadu dan gamelan Kyai Guntursari untuk diletakkan di depan Masjid Agung Surakarta. 

2. Upacara Ngaben, Bali.


Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenazah diletakkan selayaknya sedang tidur dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian. 
Tubuh jenazah diletakkan di dalam peti mati. Peti ini diletakkan di dalam sarkopagus yang menyerupai lembu atau dalam wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenazah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas) beserta dengan jenazah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.

3. Tabuik, Sumatera Barat


Asal katanya ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak. Upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun-temurun. Upacara ini digelar di Hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharam dalam kalender Islam.
Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa aneka gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.
Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai waktunya buraq terbang ke langit dengan membawa segala jenis arakannya.

4. Rambu Solo dan Mapasilaga Tedong, Sulawesi Selatan


Rambu Solo juga merupakan upacara kematian yang  diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun-temurun. Keluarga orang yang meninggal akan menggelar upacara ini sebagai tanda penghormatan terakhir. Kemudian, jenazahnya akan dibawa ke makam yang terletak di tebing gua, yakni pekuburan Londa. Bersamaan dengan itu, juga dibawa sebuah boneka kayu yang telah dibuat sebelumnya, yang wajahnya sangat mirip dengan orang yang telah meninggal.
Sedangkan upacara Mapasilaga Tedong merupakan acara adu kerbau. Sebelumnya, akan diawali dengan parade kerbau, mulai dari jenis kerbau jantan, kerbau albino, hingga kerbau salepo yang memiliki bercak-bercak hitam di punggungnya. Setelah adu kerbau, maka akan dilanjutkan dengan prosesi pemotongan kerbau khas adat Toraja, yang disebut Ma’tinggoro Tedong. Dalam prosesi tersbeut, kerbau harus langsung.

5. Pasola, Nusa Tenggara Timur


Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret, serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut Pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri dari lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira 1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul.


6. Upacara Kasada, Bromo


Upacara Kasada merupakan upacara adat Suku Tengger yang menempati daerah Gunung Bromo. Upacara ini merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan di kawah Bromo. Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut agama Hindu (Buddha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Kawah Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya.
Kemudian sesaji tersebut kan di dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai ucap rasa syukur  kepada Dewa Bromo yang dipercaya telah bersemayam di kawah Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa secarq rohani dan jasmani di dunia maupun di masa setelah akhir dari dunia. (*)


Topik

Wisata berita-malang upacara-adat upacara-adat-malang



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Hezza Sukmasita

Editor

Sri Kurnia Mahiruni