MALANGTIMES - Hijab sebenarnya bukanlah milik Islam. Sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, tradisi berkerudung sudah ada dan menjadi tradisi berbusana di kalangan perempuan yang hidup jauh sebelum kelahiran Nabi.
Rupanya hijab telah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat Timur kuno. Dulu, bentuk hijab wanita Yunani kuno berbeda dengan hijab yang dipakai oleh wanita Romawi dan Arab.
Dalam masyarakat Yunani, wanita menutup wajahnya dengan ujung selendangnya atau dengan menggunakan hijab khusus yang terbuat dari bahan tertentu dan tipis.
Bagi masyarakat Arab pra-Islam, hijab bukanlah hal baru bagi mereka. Anak wanita yang sudah mulai menginjak usia dewasa memakai hijab sebagai tanda bahwa mereka minta untuk segera dinikahkan. Di samping itu, hijab merupakan ciri khas yang membedakan antara wanita merdeka dan para budak atau hamba sahaya.
Di Indonesia, pakaian penutup kepala lebih umum disebut kerudung. Tahun 1980-an, sebutan kerudung bergeser menjadi jilbab. Seiring perkembangan, istilah hijab kian sering dipakai termasuk di industri mode.
Pertama kali dalam sejarah mode, label internasional H&M meluncurkan koleksi pakaian muslim. Menariknya, model yang dipilih adalah perempuan berhijab bernama Mariah Idrissi. Langkah ini seolah makin membuktikan eksistensi hijab di dunia mode dunia.
Seiring pengakuan hijab di mata internasional, tren hijab pun berkembang di Malang Raya. Anak muda Malang termasuk yang mengikuti perkembangan mode hijab.
Desainer Malang Hermina Andreyani memandang hijab yang dikenakan anak muda Malang itu pada dasarnya cenderung simple dan tidak banyak aksesoris.
Hermina melihat ini dari hijab yang dikenakan mahasiswi Malang terutama kampus yang banyak mahasiswinya kenakan hijab, UIN Maliki Malang misalnya. Secara umum, Hermina mengungkapkan mode hijab haruslah disesuaikan dengan karakter masing-masing diri.
"Menurut saya mahasiswi Malang berhijab sesuai tren dan sesuai ketentuan bagaimana agama mengatur gaya berhijab," tuturnya saat ditemui MALANGTIMES. Aturan menutup aurat sesuai syariat agama Islam inilah yang menjadi penekanan Hermina.
"Meski tidak harus tertutup semua, paling tidak pakaian jangan ketat, jangan pakai celana yang membentuk tubuh. Menurut saya dari kacamata fesyen, kalau berhijab tapi pakaian ketat itu tidak pas juga," imbuhnya.
Soal tren mode hijab yang kian berkembang baik di Indonesia maupun dunia, Hermina tak membatasi. Baginya boleh mengikuti tren, asal tetap jadi diri sendiri dan mengikuti aturan menutup aurat.
"Boleh ikuti tren, tapi wanita berhijab harus sopan. Pakaian tidak boleh ketat. Anda harus mengerti benar diri Anda, karakter Anda, lantas tentukan gaya hijab Anda agar tetap modis namun tetap mengikuti ketentuan agama," tandasnya. (*)
