JATIMTIMES - Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang terus mengoptimalkan 1.200 lebih tenaga pendamping untuk penanganan stunting di Kota Malang.
"Ada 1.200 lebih pendamping stunting. Di tim penurunan stunting dengan beberapa perangkat daerah. Dinsos-P3AP2KB di bagian pendampingannya sampai tingkat RT/RW," ungkap Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Penny Indriani.
Sebanyak 1.200 lebih tenaga pendamping stunting terdiri dari tenaga penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB) serta kader pendamping yang terus dibina Dinsos-P3AP2KB.
Bentuk pendampingan stunting yang diberikan 1.200 lebih tenaga itu dapat berupa penyuluhan bahaya stunting. "Ya seperti penyuluhan. Misalnya ibu sedang hamil itu yang kami dampingi terus. Ada yang sejak bayi kekurangan gizi, itu kami dampingi terus," jelas Penny.
Disinggung terkait penambahan jumlah pendamping stunting Kota Malang pada tahun 2022 maupun 2023, Penny mengatakan hal itu dirasa masih belum perlu dilakukan. "Kalau jumlah, kayaknya saya rasa sudah cukup. Cuma kita meningkatkan (layanan) saja," terang Penny.
Saat ini terdapat 10 kelurahan di Kota Malang yang memiliki risiko stunting. Yakni Kelurahan Kotalama, Bumiayu, Buring, Madyopuro, Sawojajar, Bandungrejosari, Tanjungrejo, Pandanwangi, Bunulrejo, dan Purwantoro.
Namun, Penny meyakini peran 1.200 lebih tenaga pendamping stunting masih bisa dioptimalkan lagi. "Misalnya di satu kelurahan lebih banyak petugas pendamping, kami tarik ke sini (10 kelurahan yang rawan stunting). Kami maksimalkan pendamping-pendamping ke lokasi rawan stunting yang tinggi," pungkas Penny.