Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Tragedi Kanjuruhan, Aremania: Kami Seperti Dibantai di Dalam Kurungan

Penulis : Ashaq Lupito - Editor : Nurlayla Ratri

06 - Oct - 2022, 03:21

Kondisi saat terjadi tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan. (Foto : Dokumen Jatim TIMES)
Kondisi saat terjadi tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan. (Foto : Dokumen Jatim TIMES)

JATIMTIMES - Kondisi beberapa lampu di area Stadion Kanjuruhan yang padam, membuat sebagian Aremania tidak bisa mengetahui secara pasti berapa kali petugas menembakkan gas air mata, termasuk ke arah tribun. 

Namun yang jelas, para suporter Aremania menyebut jika tembakan gas air mata menyebabkan suasana semakin chaos. Bahkan, berujung tragedi maut yang menyebabkan ratusan suporter Arema FC meninggal dunia. 

Pernyataan itu disampaikan oleh suporter Aremania The Black Lion Korwil Bantur, Slamet Sanjoko. 

"Kami kayak (seperti) dibantai di dalam sebuah kurungan. Tidak bisa keluar, saudara-saudara kami yang perempuan dan anak-anak itu salah apa," tegasnya.

Sanjoko merasa kecewa dan duka yang mendalam atas insiden tragedi Kanjuruhan. Pada saat kejadian, Sanjoko baru saja selesai mengemasi atribut suporter Arema milik The Black Lion. Tidak lama setelah itu, pihaknya kembali masuk ke tribun dengan niatan untuk pulang. 

"Kalau saya posisi sudah kembali ke tribun, tapi kalau posisi teman-teman Aremania yang di dalam lapangan ya masih banyak," katanya. 

Tidak lama setelah kembali ke tribun usai mengemasi bendera dan atribut Aremania itulah, Sanjoko mengaku sempat mendengar suara tembakan gas air mata. Namun, dirinya tidak sempat mengetahui berapa kali gas air mata tersebut ditembakkan ke berbagai titik di stadion. 

"Kalau seberapa gencar (tembakan gas air mata) saya tidak tahu, karena waktu itu listrik mati yang di sebelah sana, lampu stadion mati," paparnya. 

Selain penerangan yang redup, suara kacau baik di dalam maupun di luar Stadion, membuat Sanjoko tidak bisa menghitung suara tembakan gas air mata secara pasti. 

"Tidak bisa memastikan, karena kita cari selamat masing-masing. Terus tembakan itu disertai dengan suara gaduh di luar lapangan. Jadi suara itu sudah berbaur dengan pemukulan dan segala macem, kita tidak bisa tahu jumlahnya (gas air mata yang ditembakkan) karena tahunya sudah gelap," imbuhnya. 

Mirisnya, dijelaskan Sanjoko, beberapa tembakan gas air mata tersebut diarahkan ke area tribun penonton. Alhasil, banyak Aremania yang mengalami sesak nafas dan bagian matanya sudah terasa perih. 

"Maksud kami yang di tribun, salah kami apa. Anak kecil, yang gendong anak, yang terpisah dari orang tuanya, perempuan. Kami yang di tribun itu salah apa," keluhnya. 

Meski menegaskan tidak mau memprovokasi dan menyalahkan salah satu pihak, namun Sanjoko merasa menyesal kenapa Stadion Kanjuruhan yang dia cintai justru dalam tanda kutip menjadi kuburan bagi Aremania. 

"Secara logika, hati kami tidak bisa salahkan satu sudut. Kami, Aremania itu mengorbankan biaya sendiri demi Arema, karena Arema kami cinta Kanjuruhan dan kuburan kami di Kanjuruhan juga, dan bukan karena pertarungan suporter, mirisnya kan itu," tuturnya. 

Saat tragedi berlangsung, tidak ada suporter Persebaya Surabaya yang datang ke Stadion Kanjuruhan. Artinya, saat terjadi kericuhan saat pertandingan berakhir hanya ada suporter Aremania dan petugas keamanan. 

"Tidak ada suporter Persebaya, ya berarti suporter Aremania sama petugas," jelasnya. 

Sementara itu, hingga akhir pekan lalu basis Aremania The Black Lion Korwil Bantur, ada tiga orang yang menjadi korban saat tragedi Kanjuruhan. Satu di antaranya dikabarkan telah meninggal dunia. 

"Ketika kejadian, teman kami ada yang menghubungi, terjebak, ya sudah maksudnya mata sudah perih, hidung sudah kesulitan bernafas. Kebetulan Bantur, kami ada korban. Satu meninggal dunia dan dua orang dalam perawatan," ucapnya dengan nada lirih, tak kuasa menahan kesedihan. 

Sementara itu, pernyataan berbeda dilontarkan oleh Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo. Dalam statement resminya, beberapa waktu lalu Dedi menyebut jika dari hasil penyidikan sementara Tim Investigasi menyimpulkan salah satu penyebab korban berjatuhan karena berdesak-desakan. 

Kejadian yang berujung kepanikan dan menyebabkan banyak korban berjatuhan itu, dijabarkan Dedi, terjadi di enam titik pintu gate Stadion Kanjuruhan. Yakni di pintu 3, 9, 10, 11, 12, dan pintu 13. 

"Dari hasil (sementara) saya dapat keterangan dari Labfor, untuk yang di enam titik itu tidak ditutup, tapi sempit sekali. Kapasitas untuk dua orang, di mana terjadi kepanikan. Pada saat keluar itukan langsung ratusan orang berbondong-bondong ke situ. Makanya mengakibatkan banyaknya jatuh korban di titik-titik yang sudah saya sebutkan tadi," ujar Dedi.


Topik

Peristiwa


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Ashaq Lupito

Editor

Nurlayla Ratri