JATIMTIMES - Pembinaan Karakter Mahasiswa (PKM) Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB), sempat ramai dikabarkan puluhan mahasiswa mengalami kesurupan massa. Akan tetapi, hal tersebut dibantah pihak kampus. Dikatakan sekitar 13 mahasiswa mengalami reaksi konversi. Lantas apa sebenarnya reaksi konversi?
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FK-UB, dr Eriko Prawestiningtyas SpF, Reaksi Konversi merupakan kondisi dimana seseorang kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri atau mengontrol emosi. Hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi psikologis atau fisik.
Pihaknya mencontohkan, terdapat seseorang yang mengalami kejang karena penyakit epilepsi dan ada yang kejang karena psikologis. Pada mereka yang kejang karena psikologis, terdapat sebuah hal yang membuat seseorang tersebut tidak nyaman secara psikologis, sehingga kemudian menyebabkan reaksi konversi.
"Yang ditampilkan bisa bermacam-macam, bisa kejang dan lainnya," jelasnya.
dr Hikmawan Staff Ahli Wakil Dekan, menambahkan, seseorang yang mengalami Reaksi Konversi masih dalam kondisi sadar dan tidak pingsan. Faktor yang mempengaruhi, kembali dijelaskan bisa saja karena kondisi fisik yang kelelahan ataupun kondisi psikologisnya.
Sehingga, ekspresi yang ditunjukkan pun bisa saja seperti cemas, lemas, diam, menangis, marah, dan bahkan bisa saja berteriak.
"Dalam kesadarannya 100 persen. Ditanya masih bisa menjawab jelas. Seseorang beda-beda, ada yang bisa menguasai ada yang tidak," jelasnya.
Kemudian, perihal Reaksi Konversi bisa sampai mengenai beberapa orang sekaligus, dijelaskan dr Hikmawan terdapat sebuah teori induksi. Dimana kondisi satu kemudian menularkan atau mempengaruhi kondisi dari individu yang lain.
"Nah mungkin temannya melihat, nangis kemudian ikut menangis," pungkasnya.