JATIMTIMES - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menyebutkan, penyebab mahasiswa terpapar radikalisme dikarenakan terdapat ajaran paham ideologi radikal yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan luar kampus.
"Kemudian mereka menarik mahasiswa untuk keluar dan dosen-dosen juga banyak yang justru membawa ideologi-ideologi radikal ini dari luar ke dalam," ungkap Islah kepada JatimTIMES.com usai menjadi pemateri dalam diskusi menolak intoleran, radikalisme dan terorisme di Universitas Brawijaya.
Menurutnya, setelah paham dan ideologi radikal ini dibawa oleh oknum-oknum dosen dari luar kampus ke dalam kampus dan diajarkan kepada para mahasiswa, kemudian mahasiswa yang telah terpengaruh paham radikal tersebut dibawa keluar untuk memperdalam kajian.
"Makanya seperti mahasiswa-mahasiswa yang ditangkap oleh penegak hukum itu rata-rata keterpaparannya dari luar atau terpapar di dalam melalui dosen-dosen yang sudah radikal. Kebanyakan ya begitu polanya," ujar Islah.
Pihaknya pun mendorong agar terdapat peran serta negara untuk hadir dan melakukan kontrol terhadap kegiatan-kegiatan mahasiswa diluar kampus. Karena banyak keterpaparan paham radikal terhadap mahasiswa melalui kegiatan non kampus atau diluar kampus.
"Negara harus hadir di situ, kementerian dan lembaga negara harus hadir disitu untuk memberikan penguatan-penguatan moderasi beragama terhadap klaster-klaster kajian non kampus itu," tutur Islah.
Sementara itu, pihaknya juga menjelaskan singkat terkait definisi radikalisme yang kerap kali terjadi debat-debat akademis. Islah pun menuturkan, jika radikalisme disebut positif, maka diwujudkan dalam bentuk-bentuk yang tidak mendegradasi nilai-nilai kenegaraan maupun kebangsaan.
Menurutnya, radikalisme dapat dinilai dari sisi positif. Namun, konteks positif dari radikalisme justru upaya-upaya dalam membangun agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat bertahan dalam kemajemukan serta mempertahankan kedaulatan negara.
"Kalau tujuan-tujuan itu yang ingin mendevaluasi, menurunkan nilai-nilai kebangsaan dan sebagainya, memecah belah apalagi, ya itu dalam konteks negatif. Itu yang harus di lawan dan harus dihindari," pungkas Islah.