JATIMTIMES - Dampak mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) hingga saat ini masih dirasakan masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat peternak sapi pedaging, namun juga bagi peternak atau kelompok pelaku usaha ternak sapi perah.
Salah satunya hal tersebut dirasakan oleh KUD Sumber Makmur Kecamatan Ngantang. Dimana akibat PMK, produktifitas susu yang dikelola di KUD ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Yakni sekitar 50 persen.
"Awalnya kita bisa memproduksi (susu) 104 ton per hari. Namun saat ini hanya sekitar 51 ton per harinya. Sudah sekitar 50 persen," ujar Ketua KUD Sumber Makmur, Sugiono.
Jumlah tersebut merupakan susu yang didapat atau dibeli dari hasil perahan peternak sapi yang menjadi anggota KUD Sumber Makmur. Namun ternyata dari sebanyak 51 ton susu hasil perahan tersebut, tidak semuanya dapat diolah.
Sugiono menyebut, ada sekitar 5 ton susu yang tak dapat digunakan dan terpaksa harus dibuang. Hal tersebut karena susu tersebut tercemar residu antibiotik.
"Jadi sapi yang terdampak PMK memang kita inject dengan antibiotik. Agar peternak masih bisa setor susu," imbuh Sugiono.
Belum lagi, susu yang disetor tersebut juga dibeli oleh KUD Sumber Makmur dengan harga normal. Yakni berkisar di harga Rp 6.000. Meskipun, tidak semua susu dapat diolah.
Praktis hal tersebut menyebabkan kerugian bagi pihak KUD Sumber Makmur. Namun Sugiono menyebut bahwa hal tersebut memang harus dilakukan. Agar peternak sapi yang menjadi anggota KUD Sumber Makmur tidak begitu panik dalam menghadapi wabah PMK.
"Karena bagaimana pun kita tetap berusaha memberikan support kepada peternak, supaya peternak ini tidak begitu panik. Dan pada akhirnya susu tetap kita beli, sebagian akan menjadi kerugian KUD. Selain itu, konsentrat yang disupply KUD bagi peternak juga tidak mungkin dikurangi. Hal tersebut lantaran untuk memastikan kondisi sapi agar tetap prima. Sehingga, juga menjadi bagian kerugian KUD," terang Sugiono.
Dari catatannya, secara keseluruhan, populasi sapi di Ngantang kurang lebih ada sekitar 17.800 ekor sapi. Dimana dari laporan yang ia terima pada Selasa (21/6/2022), ada sekitar 8.000 ekor sapi yang terkonfirmasi PMK. Dan semua sapi berjenis sapi perah tersebut tercatat sebagai anggota KUD Sumber Makmur.
Sementara itu sebelumnya, kondisi serupa juga disampaikan oleh pihak Koperasi SAE Pujon. Dimana akibat wabah PMK ini, produktifitas susu di koperasi ini juga mengalami penurunan. Dan hal tersebut juga berimbas pada meruginya Koperasi SAE Pujon yang kurang lebih mencapai Rp 3 miliar.