JATIMTIMES - Memasuki Bulan Syawal, banyak amalan-amalan sunnah yang bisa dijalankan oleh umat Islam. Salah satunya melangsungkan pernikahan. Menikah dalam Islam adalah bagian dari penyempurna agama dan iman.
Melangsungkan sebuah pernikahan dan membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah bukan hal yang mudah. Karena, tidak hanya menyatukan dua jiwa, namun menyatukan dua keluarga.
Berkah menikah dalam Islam tidak hanya setelah melakukan ijab qobul saja, melainkan pada tujuan utamanya juga. Di antaranya, menghindari maksiat, mendapat kenyamanan, memperbesar peradaban Islam, dan lain-lain. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menikahi Aisyah putri dari Abu Bakar tepat pada Bulan Syawal.
Pernikahan merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Subhanahuwata'ala, seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 21:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Bacaan latin: Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn.
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Menikah juga merupakan solusi untuk mereka yang ingin menjaga kemaluan dan menundukkan pandangannya. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
"Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Menikah di Bulan Syawal merupakan sunnah. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menikahi 'Aisyah di Bulan Syawal. 'Aisyah RA, istri Rasulullaah Shallallahu’alaihi Wasallam menceritakan:
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahiku di Bulan Syawal, dan berkumpul denganku pada Bulan Syawal pula. Maka istri-istri Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?"
Dalam kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menikahi Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat Arab pada zaman jahiliah bahwa tidak suka menikah di antara dua Id (Bulan Syawal termasuk di antara Idul Fitri dan Idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian.
Mereka beranggapan bahwa unta betina mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha) pada bulan Syawal. Ini adalah tanda unta betina tidak berkenan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat. Maka para wanita juga menolak untuk dinikahi dan para wali pun enggan menikahkan putri mereka pada zaman jahiliah tersebut.
Dikutip dari buku 'Aisyah' oleh Sulaiman an-Nadawi, masyarakat Arab pada zaman jahiliah memiliki tradisi untuk tidak melakukan pernikahan pada Bulan Syawal. Bahkan, mereka beranggapan bahwa penyakit kolera terjadi di Bulan Syawal, sehingga mereka benci menggauli istrinya pada bulan itu.
Pada masa kenabian, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mencoba untuk menghilangkan tradisi masyarakat Arab zaman jahiliah yang membenci Bulan Syawal tersebut dengan menikahi Aisyah RA, tepat pada Bulan Syawal.