JATIMTIMES - Berbohong atau berdusta, merupakan salah satu perbuatan yang sangat tercela dan dilarang oleh agama. Islam mengajarkan kepada seorang muslim agar selalu menjaga lisan atau perkataannya.
Namun, masih ada yang menganggap, jika bohong itu merupakan sesuatu yang sepele, padahal diketahui, bahwa sekecil apapun kebohongan tetap saja dianggap sebagai dosa besar. Bahkan, kerap kali kita menjumpai seseorang yang menyampaikan sesuatu hal, akan tetapi tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Mereka para pendusta, perlu mengetahui bahwa azab yang akan diberikan Allah SWT sangatlah pedih. Lantas, azab seperti apa yang akan diberikan Allah?
Melansir dari TV Official ID, para pendusta di akhirat kelak akan merasakan azab yang sangat pedih dan mengerikan. Lidah para pendusta akan dipotong menggunakan gunting api hingga putus. Lidah tersebut akan tumbuh kembali dan kemudian akan dipotong kembali berulang kali.
Dari Anas Bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pada malam Isra aku dibawa ke berbagai kaum yang lidah mereka dipotong dengan gunting api. Setiap kali berakhir dipotong, lidah itu kembali lagi. Aku mengatakan, ‘Siapakah mereka itu, wahai Jibril?’ Jibril mengatakan, ‘Mereka merupakan para pembicara dari kalangan umatmu yang mereka mengucapkan apa yang tidak mereka lakukan serta mereka membaca Kitabullah, tapi tidak mengamalkannya," (Shahiihul Jami’: 128).
Para pendusta, di akhirat pastinya akan sangat menyesal dan ingin bertaubat setelah merasakan pedihnya siksa neraka. Usamah bin Zaid menyampaikan, Rasulullah bersabda: "Akan didatangkan seseorang kemudian dirinya dilemparkan ke neraka. Maka dirinya di sana berputar semacam berputarnya keledai di tempat penggilingannya, sampai para penduduk neraka berkumpul mengelilinginya. Mereka mengatakan kepadanya, ‘Wahai Fulan bukankah engkau dulu di dunia yang menyuruh kami ke yang baik serta melarang kami dari yang mungkar?’.
Lalu, dirinya menjawab, "Aku dulu menyuruh kalian terhadap yang baik (tapi) aku tidak melakukannya. Serta aku melarang kalian dari yang kurang baik, (tapi) aku melakukannya," (Shahiihul Jami’).