Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Politik

Prihatin Nasib Kaum Hawa, Perindo Kota Malang akan Gelar Konferensi Nasional Perempuan Libatkan Para Tokoh Papan Atas, Berikut Jadwalnya

Penulis : Redaksi - Editor : Heryanto

30 - Jan - 2022, 14:48

Perindo Kota Malang akan gelar Konferensi Perempuan Indonesia 2022 secara virtual (Foto: Istimewa)
Perindo Kota Malang akan gelar Konferensi Perempuan Indonesia 2022 secara virtual (Foto: Istimewa)

JATIMTIMES - Ruang lingkup perempuan hingga kini masih dianggap sebatas area dapur, kasur dan sumur. Akibatnya, berbagai sektor publik menjadi tidak ramah terhadap perempuan, termasuk dalam hal berkarir di dunia politik.

Berangkat dari keprihatinan ini Partai Perindo Kota Malang akan menggelar Konferensi Nasional Perempuan Indonesia 2022 bertema “Gerakan dan Peran Perempuan Untuk Perubahan Menuju Indonesia 2024”. 

Kegiatan ini akan dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi berbasis internet Zoom pada hari Sabtu, 05 Februari 2022 pada pukul 10.00 – 13.00 WIB mengundang para tokoh nasional yang selama ini aktif memperjuangkan nasib para perempuan Indonesia.  

Ketua DPD Partai PERINDO Kota Malang, Laily Fitriyah Liza Min Nelly akan menjadi salah satu narasumber bersama dengan para tokoh nasional yakni Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo, Deputi Menteri Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Leny Nurhayanti Rosalin, S.E., M.Sc., M.Fin, Ketua Umum DPP Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) 2016-2021 Dwi Septiawati Djafar, Ketua DPP Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia Dyah Arum Sari S.S., M.Pd., C.ST MI. 

Konferensi ini juga akan dihadiri Sekretaris Jenderal Partai PERINDO Ir. Ahmad Rofiq serta mengundang seluruh jajaran Dewan Pimpinan Pusat Partai PERINDO. 

Ketua DPD Partai PERINDO Kota Malang Laily Fitriyah Liza Min Nelly mengatakan gagasan mengadakan kegiatan ini memang berangkat berangkat dari keprihatinannya terhadap nasib perempuan Indonesia di berbagai ruang public.  

 “Perempuan masih dianggap menjadi bagian dalam kelompok rentan yang dilemahkan dalam berbagai proses pembangunan,” jelas Nelly. 

Kendati demikian Nelly mengakui jika dibandingkan dengan setidaknya satu dekade lalu, perempuan Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang signifikan. 

Buktinya, semakin banyak perempuan Indonesia yang lebih terbuka untuk bersuara, berekspresi dan memiliki andil besar dalam berbagai lini kehidupan, mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, kenegaraan hingga bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).

Menurut Nelly, di negara seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan terdiri dari masyarakat majemuk dan luas ini, terdapat banyak tantangan yang berbeda-beda yang dihadapi oleh perempuan antara lain adalah 5 (lima) isu besar terkait dengan perempuan. 

Pertama adalah tentang kesenjangan upah berdasarkan gender, tak dapat dipungkiri perempuan masa kini jauh lebih maju dan memiliki kesempatan atau akses yang lebih luas untuk mengembangkan diri. 

Melihat perempuan menduduki jabatan strategis di sebuah organisasi atau perusahaan bukan menjadi hal yang mustahil. 

“Masyarakat kita setidaknya sudah mulai terbiasa dengan pemimpin perempuan. Jika dilihat lebih detail lagi, kesetaraan gender dalam berbagai lini kehidupan masih menjadi hal yang patut untuk diperjuangkan,” beber Nelly.

Kedua, tentang kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan isu yang luar biasa penting. 

Namun sangat disayangkan belum banyak kalangan yang benar-benar menyoroti isu ini secara mendalam karena masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu. 

Berdasarkan data dari kementerian PPA selama Januari hingga Desember 2020, terjadi 8.686 kasus kekerasan terhadap perempuan dengan jumlah korban 8.763 perempuan. Dari jumlah kasus tersebut, 61 persen adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga. 

Data menunjukkan 1 dari 3 perempuan mengalami kekerasan baik secara verbal hingga fisik. Bahkan 2 dari 10 perempuan juga mengalami kekerasan dalam perkawinan. 

Stigma dan pengetahuan yang terbatas akan isu kekerasan terhadap perempuan, membuat kasus kekerasan menjadi kasus yang semakin pelik untuk ditangani. Karena itu sangat disesalkan jika persoalan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual) yang saat ini belum ada kejelasan.

Kemudian yang ketiga adalah tentang pendidikan dan tingkat kepercayaan diri perempuan. Isu perempuan selanjutnya yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bagaimana perempuan menghadapi tantangan yang berasal dari dalam diri sendiri, yaitu: isu kepercayaan diri. 

Banyak ditemui perempuan seringkali merasa tidak percaya diri, merasa dirinya tidak cukup memiliki kemampuan yang baik. 

Hal ini semakin menjadi-jadi karena konsep yang ada di masyarakat kita memahami bahwa kesuksesan itu sering berkorelasi negatif dengan perempuan tapi berkorelasi positif  terhadap laki-laki. 

Selanjutnya yang keempat adalah tetang perempuan dengan disabilitas, saat ini perempuan dengan disabilitas menghadapi tantangan yang tidak mudah. 

Mereka kerap mendapat perlakuan diskriminatif dari masyarakat. Banyak hak perempuan dengan disabilitas yang dilanggar, salah satunya adalah pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi. 

Kekerasan berbasis gender yang dialami perempuan disabilitas bukan hanya isu baru-baru ini tetapi sudah dialami sedari dulu dan merupakan fenomena gunung es karena tidak semua korban mengadukan kasusnya. 

Selama ini penanganan terhadap kasus kekerasan yang dialami perempuan disabilitas sering terhambat dan tidak sedikit pula yang tak tuntas karena berbagai alasan mulai dari Aparat Penegak Hukum (APH) yang belum atau kurang memahami isu disabilitas, tidak cukup bukti, tidak tersedia akomodasi yang layak, layanan yang sulit diakses, dan peraturan/kebijakan yang belum berpihak bagi penyandang disabilitas.

Terakhir yang kelima adalah tentang representasi perempuan dalam politik. Dalam 20 tahun terakhir sebagaimana laporan Inter-Parliamentary Union pada 2015, telah terjadi peningkatan luar biasa dari keterlibatan dan keterwakilan perempuan dalam parlemen di seluruh dunia. 

Fakta membuktikan, rata-rata keterwakilan perempuan dalam parlemen nasional secara global meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar 11,3% di 1995 menjadi sekitar 20,8% di 2019 (naik 13,5 point). 

“Indonesia yang memberikan peluang partisipasi politik sejak pemilu pertama pada 1955 justru mengalami kemunduran dari 18,2% pada 2009 menjadi 16,8% pada 2014 (turun 1,4%),” kritik Nelly. 

Secara terpisah, lanjutnya, setelah lima pemilu dilaksanakan secara demokratis di Indonesia, perolehan kursi perempuan di tingkat nasional (DPR) masih belum menembus angka 30%. 

Pada Pemilu 2014, jumlah kursi perempuan di DPR berkisar 17%--angka ini lebih rendah dari Pemilu 2009 (18%). 

Sayangnya, sebagaimana kita tahu, Pemilu Legislatif 2019 menempatkan perempuan anggota legislatif (aleg) sejumlah 20,8% saja dan belum memenuhi kuota minimal representasi perempuan di parlemen. Dengan adanya 5 (lima) isu besar terkait dengan perempuan tersebut diatas Partai PERINDO memadang perlu untuk mengajak semua pihak mengambil langkah dan sikap guna menemukan solusi atas persoalan ini. 

Konferensi Nasional ini merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai PERINDO Kota Malang didukung oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai PERINDO dengan narasumber yang kompeten di bidangnya. 

Acara ini dilaksanakan secara virtual dengan menggunakan aplikasi berbasis internet dihadiri oleh para pucuk pimpinan partai, pengurus pusat, pengurus wilayah dan pengurus daerah. 

Peserta konferensi yang diundang tidak hanya dari kalangan kader partai PERINDO melainkan juga mahasiswa dan masyarakat umum guna menjalin sinergitas, silaturahmi serta memperkaya wawasan terkait peran perempuan untuk melahirkan gagasan baru yang inovatif untuk perubahan menuju Indonesia yang lebih maju. 

Nelly mengatakan kegiatan ini digelar bertujuan membangun karakter kader Partai PERINDO, agar menjadi kader yang memiliki perspektif gender yang mengedepankan nilai moral dan etika. 

“Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas kader-kader terbaik dan potensial Partai PERINDO untuk mewakili partai pada Pemilu Legislatif 2024,” jelas Nelly.

Berikutnya untuk mengembangkan pola pikir yang kritis dari kader Partai PERINDO serta meningkatkan partisipasi yang kolaboratif, komunikatif dan produktif yang ditopang oleh 3 hal, yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional guna menghadapi era perubahan. 

Selanjutnya untuk meningkatkan wawasan politik serta memperluas jaringan silaturrahmi antara kader Partai PERINDO, mahasiswa dan masyarakat umum. 

Konferensi ini juga bertujuan untuk menyediakan wadah informasi dan komunikasi bagi kader Partai PERINDO khususnya dan masyarakat umum mengenai wawasan yang terkait dengan persoalan perempuan dan solusinya. 

 

 

 

 


Topik

Politik


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Redaksi

Editor

Heryanto