MALANGTIMES - Dua proyek besar di Kabupaten Malang, yakni pembangunan Gelanggang Olahraga (GOR) Kanjuruhan dan Pasar Sumedang di Kecamatan Kepanjen, tersendat. Hal itu diakibatkan pandemi covid-19 belum usai hingga saat ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang Wahyu Hidayat mengatakan, pandemi membuat pemkab melakukan refocusing anggaran yang dialihkan untuk penanganan covid-19. Padahal, ada sejumlah proyek bernilai besar yang mangkrak sejak adanya refocusing tersebut.
“GOR ini ada beberapa kendala teknis. Salah satunya refocusing anggaran. Kalau Pasar Sumedang ini hanya tinggal finishing. Itu sudah kami anggarkan. Tapi kena refocusing,” ucap Wahyu.
Sebagai pengingat, pembangunan GOR Kanjuruhan tahap pertama dimulai pada tahun 2019 lalu. Pada tahap itu, pembangunan sudah menelan biaya sebesar Rp 14 miliar.
Untuk pembangunan tahap kedua, GOR Kanjuruhan dikabarkan membutuhkan biaya mencapai Rp 10 miliar. Namun pandemi covid-19 membuyarkan keinginan tersebut hingga gelanggang olahraga yang dapat menampung 7 ribu orang itu mangkrak sampai saat ini. “Rata-rata proyek strategis pembangunan fisik seperti jalan dan bangunan (terdampak covid-19, red),” imbuh Wahyu.
Dari pantauan media ini di lapangan, GOR Kanjuruhan saat ini mulai dipenuhi tumbuhan liar. Jika dilihat dari luar, memang atap GOR terlihat berdiri gagah dan ditopang beberapa tiang. Namun di dalamnya masih belum rampung alias mangkrak hingga saat ini.
Kondisi serupa juga dialami proyek pembangunan Pasar Sumedang. Bangunan pasar yang berlokasi di Kelurahan Cepokomulyo, Kecamatan Kepanjen, itu sejatinya telah usai. Namun bagian pagar terlihat masih belum ada.
Terhambatnya pasar yang dibangun sejak 2017 itu karena beberapa sebab. Selain refocusing, Dinas Perdagangan Kabupaten Malang juga masih menunggu penyerahan fasilitas tersebut dari dinas yang menangani pembangunan pasar, yakni Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Kabupaten Malang.
“Rata-rata (lambatnya pembangunan, red) karena refocusing. Apalagi dengan perpanjangan PPKM level saat ini, kami harus mengevaluasi anggaran. Karena BTT (belanja tidak terduga) kita tinggal Rp 3,5 miliar, sudah sangat limit (terbatas). Otomatis kami harus mengevaluasi,” ungkap Wahyu.