Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kuliner

Shusi Ikan Salmon yang Dipanen dari Bioreaktor, Tertarik Mencoba?

Penulis : Arifina Cahyati Firdausi - Editor : A Yahya

02 - May - 2021, 13:36

Ilustrasi ikan salmon. (Foto: iStock).
Ilustrasi ikan salmon. (Foto: iStock).

INDONESIATIMES - Siapa yang tak kenal dengan kudapan khas negara Jepang, Shusi? Bagi penikmatnya, shusi menjadi makanan khas yang gurih dengan berbagai isian seafood.

Sushi yang identik dengan kepalan nasi dan potongan ikan segar, kemudian dilengkapi dengan shoyu yang menyeimbangi rasa ikan membuat sushi terasa sempurna.

Tak hanya ikan, beberapa sushi juga dibuat dengan menggunakan isian gurita, telur dadar gulung atau bahan-bahan lainnya yang segar. Tapi, apa jadinya jika makanan khas Jepang yang digemari masyarakat dunia ini menjadi makanan masa depan?

Ya, shushi masa depan saat ini tengah dalam proses penyempurnaan. Namanya juga masa depan, tentu bahan yang digunakan sebagai isian dalam shusi juga berbeda dari biasanya.

Jika umumnya, salah satu isian ikan salmon untuk hidangan shusi berasal dari laut, kini khusus kudapan di masa depan salmon ini menggunakan ikan yang dipanen dari bioreaktor. Kok bisa?

Dilansir dari berbagai sumber, sebuah perusahaan agrikultur luar angkasa mencoba untuk membuat sushi dari masa depan. Daging ikan salmon yang digunakannya pun bukan daging salmon sembarangan.

Perusahaan itu bernama Wildtype, yang telah menciptakan sushi dengan menggunakan daging salmon yang dipanen dari bioreaktor. Sebelumnya, perusahaan ini juga membuat sebuah pabrik percontohan yang berfokus untuk menumbuhkan daging dari makanan laut yang berasal dari sel dengan menggunakan bioreaktor.

"Aku melakukan riset stem sel saat aku berpikir pertanyaan ini, terdengar cukup aneh: apakah kita butuh hewan untuk makan daging?," kata Cofounder Arye Elfenbein, selaku kardiologis.

Gagasan Elfenbein ini muncul lantaran makanan laut menjadi salah satu protein yang paling banyak dikonsumsi masyarakat dunia. Dari situlah, dirinya berpikir,kemungkinan untuk memproduksi daging tanpa melibatkan hewan. 

Elfeinben juga merasa bahwa alternatif untuk daging hewan laut ini menjadi yang paling dibutuhkan di pasaran. Selain burger dan nugget ayam yang sudah terlalu banyak beredar di pasaran.

Dibandingkan meniru salmon dengan kedelai atau tumbuhan lainnya, perusahaan ini justru memilih menumbuhkan sel ikan sungguhan dalam tangki stainless steel. Namun, sebelumnya sel ikan salmon akan diambil dan dagingnya ditumbuhkan dengan bioreaktor yang sudah disiapkan.

"Sel-sel yang kami program berada pada DNA mereka (salmon), untuk mengorganisasikan dan mematangkan sama seperti mereka tumbuh secara natural tetapi tanpa hewannya," katanya.

Alternatif ini juga sebagai upaya agar salmon tidak punah. Sebab ia menilai, lambat laun panen salmon akan dianggap ilegal dan melawan hukum untuk melindungi jumlah salmon yang semakin lama akan semakin berkurang.

Kegiatan memancing secara umum, juga dinilai berisiko untuk merusak lingkungan. Sebab, memancing suatu aktivitas yang dapat melepaskan karbon dioksida dalam jumlah banyak dan mengganggu kehidupan hewan-hewan yang hidup di laut. Karenanya, inovasi salmon dengan bioreaktor ini dihadirkan.

Tak hanya berinovasi dengan menghadirkan salmon tanpa panen dari laut, perusahaan ini juga cermat menyediakan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan para salmon seperti di habitat aslinya.

Mulai dari protein, lemak, karbohidrat dan mineral yang penting untuk pertumbuhan mereka walaupun dalam sebuah habitat buatan. Mereka juga membuat penyesuaian permukaan juga dilakukan untuk menghasilkan daging ikan salmon yang sama kualitasnya dengan ikan salmon yang tumbuh secara natural.

Nah, saat penumbuhan salmon berhasil, perusahaan ini akan melakukan percobaan untuk mengetahui tekstur rasa yang dihasilkan sama dengan salmon yang dipanen dari laut atau tidak.

Hanya saja, untuk komposisi nutrisi, perusahaan masih membutuhkan penyesuaian untuk menyempurnakan komposisi nutrisi seperti lemak dan asam lemak omega 3 yang biasa terdapat pada ikan salmon.

Meski begitu, saat ini, perusahaan startup ini masih bekerja sama dengan FDA sebagai agensi yang mengatur peredaran makanan. Ikan salmon yang dipanen dari bioreaktor ini, masih memasuki proses pencicipan dan pemeriksaan sebelum mulai diproduksi dan diperjualbelikan secara luas. Bagaimana menurut kalian, tertarik mencoba shusi masa depan ini?


Topik

Kuliner


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Arifina Cahyati Firdausi

Editor

A Yahya