*dd nana
i.
Kenangan tak pernah retak, sayang
Hanya menggosongkan warna
Menjelma legam dan berusaha mengakar
Lebih dalam.
Ingatanlah yang sering limbung
menyampaikan rupa prasangka.
ii.
Ingatan.selalu begitu keras
Maka, ajari aku untuk melunakannya
Aku tak ingin bertikai, cinta.
iii.
Tadi pagi.kubungkus dingin Januari
Membakarnya di perigi kopi.
iv.
Sebatang ilalang perlahan rebah di bahu malam
Aku terkesima. Di langit,tak ada bintang.
v.
Letih ini mengajak ku melarungkan diri
Di lembut dadamu.
vi.
Bersama waktu
melarungkan rindu
nafas kita menjadi perahu
ruang tamu
yang begitu sesak cerita,kecup, peluk dan ragu
bersamaku,kau,jelma hawa yang tidak ragu
dan aku,adam yang bersekutu dengan waktu
dengan batu
kelak,waktu yang kita larungkan, bukan begitu,cinta?
vii.
Kantuk
Pawai aksara lamur
Yang gigil menunggu kubur
viii.
Rumah kita, aquarium kota yang retak
berdesak-desak, terdesak-desak
bahkan sekedar untuk berak
sebenarnya telah lama terserak, ucapmu
Lantas siapa para penyihir itu?
ix.
Para kucing tak bertuan, para pejalan tak berumah, para pendo’a yang ditikam sunyi
Beriringan pulang, ke entah
Ah, semoga mereka tidak berkarat
dalam perjalanan pulang.
*hanya penikmat kopi lokal