MALANGTIMES - Provinsi Jawa Timur (Jatim) masih aman terkait virus corona saat beberapa provinsi lainnya mulai disibukkan untuk mengencangkan berbagai tindakan dan pencegahan agar corona tak semakin menyebar ke warga lainnya.
Tapi, persoalan kesehatan lain yang tak kalah penting sedang ada di depan mata. Yakni kasus yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti atau nyamuk malaria yang membuat demam berdarah dengue (DBD).
Baca Juga : Sudah Diwajibkan, Pemerintah Kabupaten Malang Bakal Bagikan 120 Ribu Masker ke Masyarakat
Tercatat, Provinsi Jatim menjadi wilayah dengan kasus tertinggi DBD dibanding provinsi lainnya di Jawa. Yakni, mencapai 1.766 kasus dan diikuti Jawa Barat (Jabar) 1.420 kasus serta Jateng sebanyak 1.197 kasus.
Tren pasien DBD di Jatim pun terus meningkat. Hal ini terlihat dari data Dinas Kesehatan Jatim per 6 Maret 2020 yang mencatat ada 1.759 pasien naik pada 12 Maret 2020 menjadi 1.766 orang.
Dari jumlah pasien terkena DBD di Jatim, Kabupaten Malang menduduki peringkat teratas dengan jumlah terkena penyakit tropis mematikan itu dengan jumlah penderita sebanyak 218 orang. "Kabupaten Malang jadi daerah tertinggi kasus DBD," ucap Herlin Ferliana, kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, ke media beberapa waktu lalu.
Di bawah Kabupaten Malang, ada Pacitan dengan jumlah pasien 208 orang. Diikuti Trenggalek 166 orang, Kediri 100 orang, Probolinggo 97, dan daerah lain dengan pasien rata-rata sedikit atau kecil.
Di saat virus corona membuat seluruh pihak fokus pada penyebaran dan dampaknya, tak terkecuali di Jatim yang masih aman hingga saat ini, DBD mengintai dan telah merenggut jiwa manusia sebanyak 15 orang sejak Januari hingga Maret 2020 di Jatim.

Kasus kematian DBD terbanyak berada di Trenggalek yaitu 3 orang. Diikuti Banyuwangi dan Jember dua orang serta Bangkalan, Bondowoso, Jombang, Kediri, Madiun, Malang, Ponorogo, Pacitan masing-masing satu orang.
Tak heran Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawangsa pun meminta seluruh elemen dan masyarakat tak hanya fokus menghadapi penyebaran virus corona. Tapi juga mulai waspada dengan intaian maut nyamuk malaria penyebab DBD yang merupakan penyakit langganan setiap tahun di Indonesia. "DBD adalah bahaya laten yang mengancam setiap musim pancaroba hingga musim penghujan," ujarnya.
Khofifah juga menyebut pasien DBD berpeluang meningkat dan meminta warga giat melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, menutup, dan menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular virus dengue.
Baca Juga : Ranking 5 Se-Jatim, Petugas Medis dan Dosen di Kabupaten Malang Ada yang Positif Covid-19
"Butuh kepedulian bersama. Selain rumah, tempat lain yang juga harus dijaga kebersihannya adalah sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan tempat-tempat umum. Fogging atau pengasapan memang membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tapi tidak jentik-jentiknya," urainya seperti dikutip liputan6.com.
Kabupaten Malang yang kembali menjadi daerah terbanyak pasien DBD di tahun 2020. Walau hingga kini angka kematian bisa ditekan, memang memiliki jejak kasus DBD tertinggi sepanjang tahun lalu.
Tercatat, tahun 2018 kasus DBD di Kabupaten Malang mencapai 681 dengan korban meninggal dunia 3 orang. Tahun 2019, kasus DBD kembali mencuat dan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yaitu 791 kasus.
Melihat jejak DBD Kabupaten Malang ke belakang lagi, yaitu tahun 2016, tercatat sebanyak 1.114 kasus. Satu tahun kemudian menurun menjadi 451 kasus tapi dengan korban jiwa sebanyak 7 orang.