MALANGTIMES - Dunia pendidikan di Kota Malang tengah menjadi sorotan publik.
Penyebabnya, tak lain munculnya dugaan kasus perundungan atau bullying yang menimpa salah satu siswa berinisial MS di SMPN 16.
Ya, tempat aktivitas siswa menimba ilmu itu tercoreng dengan aksi perundungan yang kabarnya dilakukan oleh tujuh teman MS.
Bahkan hingga menjadikan korban harus menjalani operasi amputasi jari tengah tangan kanannya, dan mengalami luka fisik lain dibagian kaki, punggung, serta tangan.
Perhatian semua pihak atas tindakan tersebut terus bergulir.
Masyarakat sangat menyayangkan, sekolah yang menanungi MS bisa kecolongan dengan aktivitas siswanya yang dianggap berguarau namun kebablasan ini.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMPN Kota Malang, Burhanuddin menyatakan permohonan maaf atas kejadian kekerasan di wilayah sekolah yang terulang kembali di Kota Malang.
Pihaknya, dalam hal ini meminta pada pihak sekolah untuk memaksimalkan pemantauan terhadap siswanya.
"Bermain atau bergurau itu boleh-boleh saja, tapi jangan sampai berlebihan. Apalagi kalau siswanya banyak, ini pembagian tugas teman-teman guru untuk memonitor kegiatan saat jam istirahat, lalu pasca pembelajaran, saat salat sore. Agar kejadian-kejadian seperti ini bisa kita hindari," ujarnya, ditemui usai pertemuan bersama Kepala Sekolah SMP se-Kota Malang, Rabu (5/2).
Lebih lanjut ia menjelaskan, memang sebagian besar sekolah di Kota Malang sudah dilengkapi dengan CCTV.
Namun, hal itu dirasa tidak cukup untuk mengawasi pergerakan siswa di lingkungan sekolah.
Karenanya, ia berharap ke depan pihak sekolah bisa memaksimalkan jadwal piket tata tertib bagi guru.
Sehingga, semua bisa terpantau dengan maksimal secara tatap muka.
Pihaknya berharap, kejadian ini bisa menjadikan pelajaran bagibsemua sekolah.
Sehingga, baik kepala sekolah dan guru lebih berhati-hati dan waspada dalam menangani siswanya.
"Memang saya akui banyak sekolah yang sudah memasang CCTV. Tapi, saya kira nggak cukup itu. Nah, piket tatib ini kan penertiban anak-anak ya itu penting. Mengapa harus ada begitu, karena ini dunia anak-anak, beda dengan kita. Dan anak-anak itu kadang-kadang lepas, makannya itu diefektifkan betul petugas piket itu untuk bergerak di area sekolah," tandasnya.