MALANGTIMES - Suara gitar melantun merdu mengiringi suara beberapa pria dan perempuan berdandan kekinian di Coffee Times lantai dua Pasar Terpadu Dinoyo. Secara bergantian, pria dan perempuan itu pun membacakan bait demi bait tulisan yang mereka pegang di kertas putih dan gawainya masing-masing.
Baca Juga : KITAB INGATAN 98
Kata-kata indah dan menusuk tajam itu pun terdengar sangat menggema. Membuat para pemirsa yang datang takjub menyaksikan. Suara tepuk tangan selalu mengiringi para sastrawan muda usai membacakan kritik melalui puisinya masing-masing.
Mereka adalah kumpulan anak muda yang tergabung dalam berbagai komunitas sastra. Secara bersamaan, mereka menyuarakan hal yang sama. Hati mereka tersayat dengan adanya kebijakan dan ketahanan pangan.
Penanggungjawab kegiatan 'Malam Umbar Kata, Gugat Ketahanan Pangan Asing' sekaligus Sekretaris Jenderal Ikatan Mahasiswa Sastra dan Bahasa Indonesia seluruh Indonseia, Lalas Kurniawan menyampaikan, agenda yang digelar di Coffee Times ini merupakan yang perdana.
Karena jika biasanya agenda pembacaan puisi dilakukan di masing-masing kampus atau komunitas, kali ini kegiatan tersebut diikuti oleh banyak sastrawan dari berbagai komunitas. Wadah baru yang dibuat bersama Coffee Times itu pun diharapkan mampu memberi sumbangsih pada kemajuan bangsa.
"Kami berkumpul bersama dan ini menjadi wadah besar yang baru bagi kami dari berbagai komunitas. Yang hadir hari ini ada banyak, seperti teman-teman dari UM, UMM, Unisma, UIN, UB, dan kampus maupun komunitas lainnya," katanya pada MalangTIMES.
Lalas menjelaskan, sebagaimana poster yang dibuat, kegiatan tersebut bertujuan mengkritisi pendapat akan akar masalah ketahanan pangan selama ini. Dimana asing selalu disebut sebagai penguasa akan ketahanan pangan di negeri yang subur ini.
Melalui kritik yang dibuat dalam bentuk puisi, Lalas dan para sastrawan yang hadir pun mengajak masyarakat, utamanya mahasiswa untuk tidak hanya terpatok pada kritikan semata. Melainkan mulai bergerak dengan sederet inovasi baru untuk menyongsong ketahanan pangan bangsa di masa depan.
"Kita jangan dilema dan terjerumus dengan istilah tersebut," terangnya.
Sementara untuk jumlah peserta, mahasiswa Universiras Negeri Malang itu menyampaikan jika ada sekitar 25 sastrawan yang telah konfirmasi akan membacakan puisi dengan tema ketahanan pangan. Namun meski begitu para sastrawan yang hadir dapat menyumpangkan pemikirannya dalam kemasan puisi yang dibuat.
"Teman-teman yang datang bisa langsung bacakan puisi. Ini yang ikut sepertinya lebih dari 25," ujarnya.
Baca Juga : KITAB INGATAN 95
Melalui kerjasama yang dilakukan dengan Coffee Times itu, dia berharap agar panggung kreativitas tersebut akan terus berlanjut. Dia berencana untuk membuat jilid berlanjut secara lebih rutin.
"Kami harap ini bisa berlanjut. Karena ini adalah wadah pertama dimana seluruh komunitas bisa bergabung bersama," jelasnya.
Sementara itu, Pengelola Coffee Times, A. Yahya menambahkan, Coffee Times sangat terbuka dengan rencana komunitas sastrawan mahasiswa yang hendak menghidupkan panggung puisi. Dia pun siap mengawal kegiatan yang direncanakan. Dengan harapan, kreativitas anak-anak muda dapat tersalurkan dengan baik.
"Kami sangat siap mewadahi kreativitas teman-teman. Monggo silahkan untuk terus berkreasi bersama kami," imbuhnya.
Bukan hanya komunitas mahasiswa sastra, ia juga menyampaikan keterbukaan Coffee Times untuk berbagai komunitas yang hendak menjalin kerjasama. "Kami terbuka, dan bisa langsung hubungi kami di lantai dua Terminal Kopi Malang. Atau juga bisa menghubungi MalangTIMES untuk segala bentuk kegiatan yang akan diselenggarakan di Coffee Times," terangnya ramah.