MALANGTIMES - Ecoprint menjadi wajah baru di Festival Kampung Tani ke 6 yang digelar di Kelurahan Temas Kecamatan Batu, Minggu (6/10/2019). Kesenian yang masih baru itu dikenalkan kepada masyarakat.
Ecoprint memanfaatkan daun yang ada di sekitar lingkungan. Mulai dari daun blimbing, daun ceri, daun murbei, daun kacang-kacangan hingga daun jati. Ada dua teknik yang dilakuan, pertama dengam cara dipukul dan dikukus.

Seperti yang dipraktekkan oleh Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Dia menjajal memukul salah satu daun di atas kain primisima. Usai dipukul, kemudian daun itu diambil. “Setelah dipukul dikukus 30 menit sampai satu jam, lebih lama lebih bagus. Lalu didinginkan, dianginkan selama 3 hari proses,” ungkap Dewanti.
Baca Juga : Hidupkan Budaya Sambut HUT Kota Malang, Sutiaji Imbau Masyarakat Pasang Lampion
Sebelum menjajal ecoprint sebelumnya ia bersama peserta melakukann kirab sambil menggunakan pakaian khas kebaya dipadukan dengan jarik yang dipakai pendek dilengkapi dengan caping membawa rantang lurik.
Usia melakukan kirab, seluruh warga ini berkumpul di area Kampung Tani. Di sana mereka secara bersamaan membuka rantang yang telah dibawa.
Di dalam rantang itu tentunya ada makanan tradisional. Antara lain urap-urap sayuran diberi bumbu kelapa, sayur lodeh, lauk pauk tempe, tahu, beserta ayam. Di sana mereka berkumpul dengan serempak memakan makan tersebut. “Cara ini bisa membuat guyub. Senang rasanya merasakan momen seperti ini. Sambil melestarikan adat yang pernah ada kita ciptakan kembali,” imbuhnya.

Sementara itu pelaksana tugas (plt) kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Imam Suryono menambahkan, Kirab rantang lurik ini digelar untuk melestarikan yang pernah ada, yakni membawa bekal dengan rantang lurik saat bertani di sawah. “Namun seiring berjalannya waktu, tidak banyak petani yang masih melakukan hal tersebut. Karena itu, digelarnya kirab rantang lurik ini untuk mengingat kembali kebudayaan yang lalu,” tambah Imam.
Digelarnya kegiatan ini bertujuan agar tradisi tersebut tetap terjaga. “Ya agar kebiasaan masa lampau ini masih tercipta, karena ini sudah menjadi hal yang mendarah daging,” jelasnya.
Selain itu even seperti ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan di setiap desa. Sebab, masing-masing desa memiliki kebudayaan khas tersendiri saat selamatan desa. “Karena memiliki sesuatu yang berbeda dan menarik bisa mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara,” tutup pria yang juga staf ahli ini.
Baca Juga : Waktunya Bersenang-senang Bareng MLG SKA, Dua Dekade Lebih Sajikan Gigs di Malang Raya
Selama tiga hari itu kegiatan menarik telah disusun untuk menghibur masyarakat. Ada Botani Eco Green, Jagong Sedulur Tani, Bazar Jadoel, arak-arakan sedekah bumi, burakan hasil bumi, Pasar Apung Temas, Rantang Lurik, Caping Gembor, dan dolanan anak.

Selain itu, ada Memedi Sawah Ludruk Remaja, Kerontjong Woekir minikonser, gelar karya seni, jaran kepang, rampak barong, hingga pelayanan publik mulai dari pembayaran pajak hingga pembuatan SIM.