MALANGTIMES - Selamat Datang September
*dd nana
1/
Semua akan menuju tepi
dan belajar arti sepi.
Agar kita faham bahwa ada warna yang tak selesai
hanya sekedar dinamai.
Serupa cinta, serupa kita yang tak berhenti
untuk mencuri detak waktu dan memberinya raga
mimpi-mimpi yang memangku keluh kesah
Pada setiap malam yang mempertemukan kita
di gigir gugur nyeri.
Pada saatnya kita akan menuju tepi
dan sepi yang akan mengajari jemari
memulas raga kita dengan warna yang tak akan selesai
hanya sekedar dinamai.
2/
Seseorang berbisik
sebelum pagi rengkah dan gemerisik
perlahan menemukan raga-raga
dengan sorot mata yang membuat kita
serupa para pendosa.
"Pulanglah, September sudah datang, sayang. Kita
hanyalah figuran dalam kisah rumit ini."
Memerankan sepasang bangku taman yang berjauhan
dan setiap malam bermimpi menjelma
para pecinta yang dikutuk rindu paling rupawan.
"Pulanglah, September sudah datang."
3/
Seseorang mengecup dahimu lembut
dan berkata dalam bisik di telingamu
"Siang telah datang, saatnya aku pulang. September telah datang, sayang."
September telah datang, kau mengulang-ulangnya
Serupa kumur dengan bunyi air di dalam sumur
paling dalam paling tak tembus pandang mata
yang terjebak dan tak siap untuk dimuntahkan.
Ya, September telah datang, memanjangkan tangannya
yang kerontang dan mencari detak lembut di dada
yang lama kau berikan pada seseorang yang kerap berbisik
di telinga setelah mengecup dahimu dengan lembut.
"Percayalah aku mencintaimu, tapi September sudah datang dan aku harus pulang sayang."
4/
September dan teriknya
Mengetuk daun jendela kamar yang setia
menjaga hati seseorang yang kerap menatap
cermin kamar. Dengan telanjang yang membulatkan
raganya yang sebenarnya begitu memesona mata.
Mata yang kerap aku tangkap kosong begitu dalam
dengan riak setenang alir sungai yang menjebak.
September ingin masuk ke kamar dengan cermin
yang mengabadikan raga telanjangmu dengan purna
dan memeluk, dan membisikkan sebuah kalimat.
"Terik itu telanjang dengan segala nyerinya sendiri. Tapi pecinta memilihnya agar faham tak semua hal harus dihentikan. Seberapa pun rindu membuat rambutmu beruban dan melamurkan matamu yang disimpan cermin begitu dalam."
*hanya penikmat kopi lokal biasa