MALANGTIMES - Suasana duka, isak tangis tak henti menyelimuti kedian korban meninggalkan musibah terbakarnya KM Santika Nusantara rute dari Surabaya-Balikpapan, di perairan Masalembo Sumenep, Madura, Jawa Timur pada Kamis (22/8/2019) lalu.
Asfani warga Jalan Anjasmoro, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu meninggalkan lima anaknya.
Baca Juga : Sehari 9 Korban Covid-19 di Surabaya Meninggal, Gubernur Minta Contoh Magetan Tekan Kasus
Hingga siang hari kediaman almarhum Asfani, banyak lalu lalang warga yang melakukan takziah.
Istrinya Siti Fatimah harus berkali-kali pingsan mengetahui suaminya itu harus meninggalkannya selama-lamanya.
Anak almarhum Dimas Septia Putra mengatakan, ayahnya itu merupakan sopir angkutan umum rute Batu-Songgoriti.
Baru dua kali melakukan pengiriman sayur menuju Balikpapan, Kalimantan.
“Ayah kirim bawang, berangkat hari Rabu siang. Tiba-tiba ada panggilan mendadak mengirim barang itu tapi waktu itu saya kerja, jadi gak sempat bilang saya,” kata Dimas.
Namun saat Selasa malam itu, almarhum sempat bilang kepada Dimas akan melakukan pengiriman barang ke Kalimantan.
Keinginan almarhum melakukan pengiriman barang itu sempat ditolah sang anak.
Namun karena ayahnya itu ingin mencari uang tambahan sehingga bersikeras menerima pekerjaan tersebut.
“Kebetulan adik yang cowok ini ingin sunat, jadi ayah cari uang tambahan. Ayah bilang enggak apa apa kerja sambilan, tapi saya bilang uangnya bisa pakai hasil kerja saya tapi enggak mau,” imbuhnya.
Ia menambahkan pengiriman barang ke Kalimantan sudah dilakoni ayahnya sejak satu minggu yang lalu. Biasanya setiap naik dan turun dari kapal menghubungi keluarga.
Namun berbeda dengan hari itu, Asfani tidak memberikan informasi sama sekali kepada keluarga.
“Kok tumben enggak telepon, ibu tanya juga itu. Lalu saya bilang ke ibu paling masih nyebrang,” tambah pria 23 tahun ini.
Baca Juga : Pasien Positif Covid-19 Meningkat, Polres Malang Ancam Warga yang Tolak Pemakamannya
Menurut Dimas, sosok ayahnya merupakan orang yang sabar, pendiam, dan tidak.pernah marah. Almarhum juga seorang yang taat melaksanakan ibadah.
“Mungkin hal ini yang akan menjadi momen yang tidak bisa dilupakan,” jelasnya.
Sementara itu Ketua RT Rudi menambahkan, sebelum almarhum berangkat mereka sempat melakukan kerjabakti membersihkan got bersama-sama.
Kemudian menjelang siang Asfani berpamitan akan melalukan pengiriman barang.
“Paginya almarhum membetulkan got di sini bersama-sama. Lalu tiba-tiba ada panggilan mendadak berangkat setelah duhur,” ucap Rudi.
Sosok Asfani di tengah masyarakat itu dikenal ramah, bahkan tanpa diperintah spontan membantu dengan kemauan senditi.
“Firasat saya enggak enak. Seperti pamitan enggak bertemu lagi. Bilangnya aku berangkat dulu ya mau mengirim. Mungkin tanda,” jelasnya.
Menurutnya sosok Asfani itu orang yang sederhana dan sering beribadah di musala.
Sedang keluarga Asfani itu mengetahui informasi itu Jumat (23/8/2019), lantaran banyak masyarakat yang mengetahui hal ini dari media.