MALANGTIMES - Bang Gembang Gembang Dele... Bang Gembang Dele... Diolah Dadi Tempe, Bang Gembang Gembang Dele... Bang Gembang Dele... Diolah Dadi Tempe, Yak Yake... Yak Yake... Hokya Hokya...
Lantunan lagu itu mengiringi tarian kolosal Gembang Dele yang ditarikan 750 warga Desa Beji dalam Festival Beji Kampung Tempe (FBKT) di lapangan Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Jumat (23/8/2019) malam.
Sebelum melakukan kolosal itu, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko bersama Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, Pejabat Sementara (pj) Kepala Desa Beji Edwin Yogas Patra Harahap diajak melihat dan ikut membuat tempe di Omah Tempe Desa Beji, Kecamatan Junrejo. Dewanti juga disuguhkan dengan 12 macam olahan tempe dan mencicipinya.
Setelah membuat dan mencicipi tempe, mereka diarak menggunakan dokar bersama dengan gunungan tempe, tumpeng, dan beragam kesenian menuju lapangan Desa Beji. Sesampainya di lapangan, mereka disuguhkan dengan hiburan yang tidak biasa.
Ya sejumlah 750 pelajar, anggota PKK, Forum Anak, dan sebagainya itu tiba-tiba berkumpul di tengah-tengah lapangan. Tenyata mereka melakukan tarian kolosal tanpa menggunakan alas kaki dengan semangat.
Tarian yang disuguhkan pun dilakukan untuk pertama kalinya di hadapan masyarakat. Namanya Gembang Dele, yang merupakan cerminan warga tersebut setiap harinya memproduksi kedelai dijadikan makanan lezat yakni tempe.
Usai melakukan tari kolosal yang juga diikuti oleh seluruh masyarakat, mereka melakukan udan tempe atau sedekah rakyat. Namun sebelum dilakukannya sedekah tempe, kain berwarna putih dibuka di atas tanah tepat berada di hadapan tempe.
Kemudian di atas kain itu diberi dua kendi yang satu berisikan bunga, dan lainnya berisikan batu dan air. Lalu ada tokoh masyarakat yang menyalakan dupa dan sapu lidi.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko bersama Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, Penjabat Sementara (pj) Kepala Desa Beji Edwin Yogas Patra Harahap bersama memecahkan kendi yang berisikan air dan batu.
Setelah kendi dipecahkan, tokoh masyarakat itu membacakan doa terlebih dahulu. Hingga akhirnya tempe itu pun dibagikan, dan ternyata sudah menjadi incaran ratusan warga yang hadir di lapangan Desa Beji.
Pj Kepala Desa Beji Edwin Yogas Patra mengatakan, Festival Beji Kampung Tempe ini merupakan puncak dari rentetan Bersih Desa Beji. dengan memunculkan salah satu ikon di Desa Beji yakni tempe.
“Tempe Desa Beji sudah menjadi salah satu ikon di Kota Batu. Yang saat ini tempe itu bukan hanya sekadar tempe, namun sudah bisa diolah menjadi beragam makanan,” ungkap Edwin.
Melalui tempe ini menciptakan masyarakat ekonomi kreatif dan seni kebudayaannya yang patut dilestarikan. Yang mana rencananya FBKT itu akan digelar setiap tahun.
“Dan juga tarian dan lagu seni Gembang Dele asal Desa Beji yang diciptakan warga sini juga, kedepan segera dikomersilkan. Agar bisa menambah nilai ekonomi, untuk mewujudkan Desa Berdaya Kota Berjaya,” imbuhnya.
Sementara itu Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko menambahkan dengan adanya FBKT masyarakat akan lebih mengenal Desa Beji sebagai tempatnya produksi tempe. “Lewat festival seperti ini untuk memajukan usaha tempe agar terkenal lagi,” ucap Dewanti.
Karena itu ke depan tempe bisa diolah menjadi beragam oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung atau didistribuskan. “Kedepan produksi tempe harus terus maju, terus olah tempe dengan beragam kreasi,” tambahnya.
Terpisah, Pelaksana Tugas (plt) Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu menambahkan, sebagai sentra produksi tempe yang sudah ada di Kota Batu terobosan adanya wisata edukasi tempe bisa menjadi pilihan wisatawan saat berkunjung ke Kota Batu.
“Apalagi wisata edukasi itu masih jarang ditemukan. Melihat hal ini cukup menarik untuk diketahui oleh anak-anak,” jelas Imam.
Tidak hanya itu saja, melalui FBKT itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sehingga nantinya yang diharapkan bisa mendatangkan wisatawan di Kota Batu maupun Desa Beji.
“Produksi tempenya, kemudian kebudayaan yang kental itu menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan,” tutupnya.