MALANGTIMES - Ada beragam kisah cerita seputar keris, pusaka yang dikenal sebagai senjata tikam berujung runcing dan tajam dari bagian barat dan tengah Indonesia.
Baca Juga : Tiga Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di Kota Malang Sembuh
Kisah berburu keris, tidak semata-mata bisa diselesaikan dengan sejumlah uang bernilai tertentu. Hingga cerita keris bernilai seni tinggi yang tentu relatif mahal harganya. Jumlair, kolektor sekaligus pedagang pusaka di Pasar Besar, Kota Malang, menceritakan kisahnya kepada MALANGTIMES, semalam.
Saat Jumlair berburu pusaka-nya Ki Lurah Semar, butuh waktu enam bulan hingga dia berhasil mendapatkannya. Jimmy, panggilan akrab Jumlair mengatakan, pemilik pusaka sebelumnya, seorang pria berusia 80 tahun, bersikeras tidak menjualnya. Hingga akhirnya Jimmy berhasil menemukan cara. "Saya cari kesenangannya apa, ternyata orangnya senang pipa gading. Akhirnya saya tukar (pusaka Ki Lurah Semar) dengan pipa gading," tuturnya kepada MALANGTIMES.
Saat ditanya pusaka miliknya yang paling sulit diperoleh, Jimmy punya cerita tentang keris Dapur Jalak Ngore. "Kalau cerita orangnya (pemilik sebelumnya), keris ini kalau dibawa kemana-mana, pikirannya tenang, gak pernah ada rasa takut," ucapnya.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Melihat pusaka dari nilai seninya, Jimmy punya cerita tentang keris Naga Raja Kinatah Emas. "Ini pusaka peninggalan era peralihan dari Majapahit ke Mataram. Harganya kisaran Rp 30 juta, " tutur Jimmy sambil menunjukkan pusaka berbalut emas murni di salah satu bagiannya.
Menurut Jimmy, keris pada era Mataram mempunyai bilah yang lebih lebar dibanding zaman Majapahit yang lebih ramping. "Jenis pamor keris Mataram cenderung sangat terang," imbuhnya. (*)