MALANGTIMES - Merajang Kulit Bawang
*dd nana
1)
Katanya : setiap yang berkilau menerbitkan air mata.
Pagi, tidak lengkap di rumah kami tanpa ruam aroma
cabai yang mengisut; kesegaran tubuhnya diserahkan pada satu sendok minyak jelantah yang mendesing di panaskan api.
Terasi hitam yang semakin menghitam, tomat yang terlihat melayu di wajan.
Tambahkan satu biji bawang merah, sayang.
Baca Juga : KITAB INGATAN 101
Kupas dulu kulitnya, sehingga warna merahnya menyala. Sebelum semua bercampur saling menggenapi. Memberi rasa menyengat yang gurih dan menerbitkan semangat menghadapi hari yang itu-itu juga.
Kita butuh itu berulang-ulang, sebelum godaan untuk mengakhiri kehidupan kembali datang.
Katanya : Tapi, sayang, setiap yang berkilau melahirkan api, membakar.
Maka, ijinkan saja aku mencintaimu serupa sambal ciptaanmu itu.
Memberi semangat dan rasa hangat, walau setelahnya perut kita dicengkeram mulas tak berkesudahan.
2)
Kupas dulu, sayang, kupas
Agar nyalang nafsu kita mengenal duka.
Agar mata kita memahami air mata
Dari perih yang diantarkan peristiwa.
3/
Merajang kulit bawang, jemari lentikmu begitu mahir
Melucuti helai demi helai kulit. Sebelum kau akhirnya menemukan cahaya.
Aku teringat malam pengantin pertama kita.
Baca Juga : KITAB INGATAN 100
Saat jemari kita bertalian dan saling melucuti kulit dengan rasa gentar dan gemetar. Dan berakhir dengan air matamu yang membasahi dada.
Kita terkesima menemukan cahaya. Di luar gelap masih meraja.
4/
Jangan paksa aku bercerita tentang air mata
Cukuplah kau belajar pada sebulir bawang yang menyimpan perih
Dengan begitu tenang. Di lapis demi lapis kulitnya yang menerawang.
* Hanya penikmat kopi lokal