MALANGTIMES -
Hasil penelitian yang dilakukan Tim Peneliti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) didukung big data analysis dari Laboratorium Terpadu Ilmu Sosial Social Data Analytics FISIP UB menunjukkan terjadinya polarisasi dalam perilaku politik masyarakat Indonesia.
Kondisi politik membawa masyarakat Indonesia pada perdebatan yang terpolar pada dukungan masing-masing kandidat capres. Perdebatan politik bergulir di media sehingga semakin meneguhkan polarisasi atau keterbelahan politik. Menurut pengamat politik dan dosen Fisip UB Wawan Sobari, S.IP., MA., politik di Indonesia memang semakin personal dan semakin terpolar.
Baca Juga : Tiga Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di Kota Malang Sembuh
"Personalisasi politik itu terjadi karena orientasi politik itu hanya melihat bahwa pertarungan politik ini terjadi antarindividu, pertarungan antarindividu. Padahal di situ sebenarnya ada koalisi, ada partai, dan sebagainya," ungkapnya beberapa waktu yang lalu dalam acara Refleksi Akhir Tahun: Membaca Indonesia yang Terpolar di Ruang Sidang Lantai 7 Gedung B FISIP UB.
Nah, hal ini disebabkan karena dalam politik saat ini, yang terdepan adalah figur. Selain itu juga ditambah dengan kedangkalan masyarakat dalam melihat nilai politik, yang dilihat hanya figur.
"Itu sangat personal, bahwa kita lebih melihat pemimpin lebih dulu dibanding partai atau konstitusi pemerintah atau negara," tandasnya.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Jadi politik yang semakin personal ini menimbulkan figure sebagai fokus. Malah lebih fokus dibanding program atau kebijakan.
"Sehingga kita jarang memperdebatkan kebijakan A, B, atau C. Tapi dilihat gerak gerik politik dari seorang calon presiden terutama," imbuh Wawan.
Namun, personalisasi politik itu tidak mengherankan. Karena menurut Wawan itu sebagai program dari reformasi sistem politik kita yang semakin menunjukkan kepolaran.